"Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, — yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit —, maka hal itu akan diberikan kepadanya. Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin." (Yakobus 1:5-6)
Renungan:
Seorang wanita menikah dengan kekasihnya setelah mengetahui bahwa dia sedang hamil. Mereka menikah bukan karena sudah siap memasuki bahtera rumah tangga, tetapi karena tuntutan moral, yaitu untuk menghindari aib. Sebenarnya sebelum memutuskan untuk menikah, wanita ini sudah mencoba untuk menggugurkan kandungannya dengan berbagai cara, tetapi Tuhan berkehendak janin itu tetap hidup dan dilahirkan. Setelah putera pertama mereka lahir, anak itu tumbuh dalam emosi yang tidak stabil, suka melawan alias memberontak, beda dengan sikap adiknya. Kalau emosinya sedang naik, dia akan melempar benda apa saja yang ada di dekatnya. Pernah suatu kali papanya dilempar pisau ketika keinginannya tidak dipenuhi. Papa dan mamanya kewalahan mengatasi emosi bocah yang masih berumur 7 tahun itu. Akhirnya papa dan mamanya membawa anaknya tersebut ke seorang konselor Kristen. Mereka akhirnya mengetahui akar dari kelabilan emosi anaknya bersumber dari niat mamanya yang mau menggugurkannya sejak dari kandungan. Ternyata dalam diri seorang anak yang pernah akan diaborsi sudah tertanam suatu penolakan, yang akan membuat dia bertumbuh di dalam emosi yang tidak stabil.
Setelah mendengar penjelasan dari sang konselor tersebut, mereka pulang dengan satu komitmen bahwa mereka harus mengadakan rekonsiliasi dengan anaknya. Malam harinya mereka berdoa bersama. Di hadapan anaknya, sang mama bercerita tentang dosa yang telah diperbuatnya di masa lalu yaitu hendak menggugurkan anaknya tersebut. Saat itu mereka berdua secara khusus meminta maaf kepada anaknya. Kemudian mereka bergandengan tangan, berdoa memohon pengampunan dan pemulihan dari Tuhan. Seiring dengan berjalannya waktu, anaknya tersebut bertumbuh menjadi anak yang mendengat nasihat kedua orang tuanya. Emosi sang anak semakin hari semakin terkontrol. Hati yang terbuka kepada Tuhan merupakan awal dari pemulihan keluarga.
Ada masalah-masalah yang kita hadapi saat ini karena kesalahan kita di masa lalu. Karena itu, marilah kita terbuka di hadapan Tuhan supaya Dia mengoreksi dan menasihati kita. Jika saat ini kita sedang berhadapan dengan sebuah persoalan yang rumit, tanyakan pada Tuhan apa akar masalahnya. Mintalah hikmat dan jalan keluar dari Tuhan, karena Tuhan memberi kepada orang yang meminta. "Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, .... maka hal itu akan diberikan kepadanya." Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, saat ini aku sedang menghadapi masalah ... Berilah aku hikmat dan jalan keluar untuk mengatasinya. Amin. (Dod).