Listen

Description

Pembahasan ini sudah tayang di kanal Youtube Metavisual, dapat disaksikan melalui tautan berikut: https://youtu.be/f-QtwOEkOs8

In the name of jajanrok & blessing in disguise of repotlution 4.0.  Entah masih relevan atau enggak, perdebatan klasik (bahkan basi) dari medium mana yang paling baik dalam mendengarkan musik itu gak pernah selesai. Bisa jadi kita sendiri yang menganggapnya selesai, toh ini semua berkaitan dengan selera sekaligus berada di mana posisi ekonomi seseorang saat mengaksesnya. Yang belakangan boleh jadi variabel yang liar, tak sedikit mereka yang telah selesai dengan perut, namun tak juga beranjak ke medium yang lebih advance jika tidak merasa ultra nyaman berkat platform streaming di genggamannya.  Bukan berarti medium analog lebih baik. Apalagi jika dibandingkan dengan pencapaian teknologi informasi hari ini. Dalam analog ada knob volume, set up equalizer, needle drop, sampai pilihan RPM. Sedang pada medium digital ada klik, repeat, dan skip. Bila dibandingkan dengan hal-hal yang serba instan itu, medium analog akan membuatmu repot alias ribet. Sedang medium digital dapat kita dengarkan di mana pun. Seratus kali lebih mudah tinimbang harus menjinjing walkmen. Di hadapan platform digital, altar analog kita jadi tampak intimidatif. Harus ada usaha dan upaya yang lebih dari sekedar sentuh layar dan scroll up-scroll down.

Spotify dan platform streaming musik lainnya, di era kapitalisme kembali memenangkan pertarungan dengan memanfaatkan kemalasan kita, dapat membantu kita menjelahi musik-musik baru. Spotify yang hadir dengarn Discover Weekly, membuatmu terus menjelajah musik dan unit yang sebelumnya asing di semesta driver komputermu. Tak disangkal, program tersebut juga membantu kita untuk dapat selektif mengorder kaset, CD, dan piringan hitam. Aktivitas discovery yang jika dilakukan 10 tahun ke belakang mengharuskan kita pergi ke toko kaset, ke tangkringan kawan, membaca fanzine, atau berdiam di warnet seharian penuh.  Di era pandemi hustle-culture seperti sekarang, meskipun kita merupakan subscriber berbayar, apakah streaming platform, atau membeli musik digital itu, dapat membantu musisi idola kita untuk bertahan hidup? Apakah sepersekian rupiah dari klik itu langsung mengarah ke saku si musisi, atau perlu melewati serangkaian birokrasi macam label, copyright, streaming platform, dll?  Terlepas dari perdebatan untung-rugi, apakah kita masih meyakini rilisan fisik dengan medium analog itu adalah pengalaman mendengarkan musik terbaik dari hidup yang semenjana ini?  Btw, kenapa Taylor Swift makin edgy, sih?