Listen

Description

Perspesi buruk tentang konsumsi musik Rock bukanlah hal baru. Selain anggapan bahwa musik ini bias patriarki (dan terkadang misoginis), musik Rock juga seringkali dianggap sebagai musik yang menihilkan permenungan yang dalam. Meski memiliki daya kritis, musik rock secara umum tidak dianggap layak untuk mengungkap dimensi kontemplatif manusia. Hingar bingar musiknya seakan tidak mungkin membimbing kesadaran manusia ke arah permenungan mendalam, apalagi kepada kesadaran penuh tentang diri, waktu dan semesta.
2112 Podcast kali ini mengundang tamu Laurencia Lina, seorang executive & transformational coach, yang juga memiliki ketertarikan pada dunia tari. Kepada Leonhard Bartolomeus dan Yuka Dian Narendra, Lina bercerita bagaimana koneksitas dan juga keterpaduan antara kesadaran, tubuh, waktu dan alam semesta adalah kondisi “present moment.” Kondisi tersebut adalah pengalaman transendental yang menurut Lina, dituturkan dengan cantik oleh almarhum Neil Peart dalam lagu “Time Stand Still” (Hold Your Fire, 1987). Pengalaman transendental akan membawa siapapun kepada pemahaman yang lebih tinggi tentang kesadaran. Melalui pencapaian akan pemahaman ini, maka orang akan lebih memilih untuk diam dan mengamati (observant).

Dalam pandangan spiritual Jawa, perilaku observant ini merupakan jalan menuju “ilmu titen” (mengamati). Pengamatan adalah jalan menuju pemahaman dan pemahaman adalah jalan menuju kebangkitan spiritual. Perbincangan pun melanglang buana berandai-andai apakah dalam lagu tersebut Peart sedang menceritakan pengalaman meditasi atau perjalanan spritiualnya. Benarkah demikian? Simak saja obrolan santai Barto dan Yuka dengan Lina.