Sebagai bagian dari Budaya Populer, musik populer menempati posisi yang dilematis. Di satu sisi, diskursus tentang musik populer sarat dengan kontroversi, dituding sebagai pemicu dekadensi moral generasi muda. Mulai dari dansa-dansi Chacha dan Jive, Rock ’n’ Roll ala Bill Haley and the Comets hingga The Beatles dan The Rolling Stones, lalu Punk dan Heavy Metal, Rave dan Techno lantas entah apalagi seterusnya. Namun di sisi lainnya, musik populer tidak dapat dipungkiri memainkan peran penting dalam konstruksi kebudayaan pada masanya. Musik populer dapat menjadi pembuka wawasan estetik untuk orang banyak, ketika praktik dan karya seni tidak selalu mudah diakses oleh orang awam.
Setelah sepuluh minggu berturut-turut mengudara, Barto dan Yuka melakukan kilas balik terhadap perbincangan mereka dalam kesepuluh tajuk dan dengan sembilan narasumber. Tentu saja tidak semua cukup untuk diperbincangkan lantaran terbatasnya waktu. Meski demikian, beberapa kata kunci penting yang muncul menjadi perhatian mereka berdua untuk dibahas lebih lanjut. Seperti halnya album keempat Rush bertajuk “2112” rilisan 1976, episode kesebelas ini menjadi penanda masuknya podcast ini ke dalam rangkaian tema baru, dengan sederet narasumber baru pula tentunya. Simak saja obrolan ngalor-ngidul kedua fanboys ini dalam episode kesebelas yang diberi tajuk “2112.”