Dalam hidupnya, Ayub dengan sungguh-sungguh percaya bahwa Allah menyertai hidupnya. Oleh karena itu, ia bersedia dibentuk oleh Allah melalui setiap hal yang terjadi dalam hidupnya. Saat ia merasakan kesesakan dalam hidupnya, di mana rentetan peristiwa yang menyakitkan hati terjadi dalam hidupnya, Ayub tidak lantas mengutuk Tuhan atas apa yang terjadi kepadanya. Ayub juga tidak memandangnya sebagai sebuah hukuman dari Tuhan.