Di manakah moral kita berpijak ketika anak-anak muda selalu berani bertindak tambeng, menentang apa yang telah dipercayai dan diajarkan oleh mereka yang lebih tua? Di bell-bottoms dan rambut terurai Chodot-lah dia bersaksi, presiden dari tongkrongan mbeling kota Bandung yang hobi kelayapan saat tengah malam bernama Orexas: supaya para orang tua cepat saja mati terserang penyakit pes sehingga anak-anak muda dapat hidup sebebas-bebasnya, mendengarkan rock&roll, konstan mabuk-mabukan dan bersenggama senafsunya, sebagai bentuk perlawanan atas kekuasaan golongan orang tua yang dianggap munafik. Mengontra kultur. Menjadi kebiasaan bagi Orexas untuk bertanggung jawab dengan sikap menolak pola hidup yang mereka benci, sampai berakhir tiba pada waktunya nanti. Episode ke-20 ini telah kami persiapkan secara istimewa, pergi ke Bogor bersama Budi Warsito, pemilik perpustakaan Kineruku, guna menemui sang begawan, si Anak Perang, dramawan ahli fiksi dan munsyi dan sejarah, Remy Sylado, yang menuliskan kisah berusia 48 tahun tentang sepak terjang praktik kebebasan geng Orexas, sebuah kisah fiksi yang dimuat sebagai cerita bersambung di Majalah Aktuil edisi 1971-1972. Mendengarkan beliau bersabda gurau sekaligus memastikan bahwa energi bebal Sylado tidak pernah menyurut, meskipun telah menyentuh angka 74, tetap gayanya bersikeras dan blak terang-terangan. http://www.amvibe.id