Listen

Description

Selain syair-syair perlawanan yang mampu menggerakkan, ternyata Wiji Thukul juga punya puisi-puisi cinta yang sangat kontemplatif dan romantis yang bisa bikin kita jadi meleleh sambil garuk-garuk tanah 🥲. Wiji Thukul adalah pejuang demokrasi yang melalui buah penanya tajam mengkritik kezaliman negara waktu itu, dan akhirnya ia dihilangkan paksa di akhir kekuasaan Orde Baru. Nah, kira-kira puisi-puisinya kalau dibacakan sekarang bakal kena UU ITE nggak ya? Nggak sih harusnya, kan Bapak Presiden bilang semuanya boleh mengkritik. Katanya lho yaaaa :))

Teman Nongkrong:

Wahyu Susilo (Direktur Migrant Care, Adik Kandung Wiji Thukul)

Lagu: Bunga dan Tembok, cipt. Felix Iwan Wijayanto, dibawakan oleh K3AJ.