Menyambung diskusi sebelumnya tentang sejarah peradaban Islam di masa klasik, yang melahirkan pemikiran dan perkembangan sains yang menyatukan ilmu-ilmu, tanpa mengkotak-kotakan; sehingga menelorkan tokoh-tokoh dan ilmuwan yang serba bisa. Kini malam kedelapan, kita akan memasuki diskusi mengenai bagaimana ahlusunnah wal jamaah lahir, sebagai konsekuensi dari perkembangan sejarah dan teologi Islam yang mendasari sejak masa klasik hingga kini.
Dibersamai duo pemateri kaliber jogja kulonan, mas Irfan afifi dan mas Kyai Mustafied, serta
dimoderatori oleh Adhie Handika RD diskusi kali ini hendak mengulik lebih jauh dinamika hingga polemik aswaja di tengah dialog kritis sekaligus kreatif dengan, di satu sisi dengan sobat-rival pemikiran teologisnya, seperti misalnya mu’tazilah-Syi’ah, maupun di sisi lain, konsepsi kemanusiaan/humanisme yang lahir dari barat (rasionalitas cartesian hingga marxis dan seterusnya). Adapun kemudian aswaja berkembang dengan menawarkan pendekatan praktik islam yang khas, dengan pemahaman asy’ariyah maupun maturidiyah sehingga mendudukan posisi manusia secara khas, misalnya antara takdir dan kehendak.
Lantas, menimbang fenomena Indonesia mutakhir, Aswaja didesak menciptakan relevansi tata kemanusiaan, sehingga melahirkan subjek Aswaja yang fleksibel mendialogkan secara kreatif terhadap gejala-gejala zaman ini. Bertolak dari kompleksitas dan kebutuhan tersebut, Pesantren Kaliopak sebagai pondok pesantren yang memfokuskan pada kegiatan amaliyah dan fikriyah kebudayaan, khususnya selaku G.E.L.A.S (Gallery, Education, Library, Archives, and, Social) sengaja memberikan wadah, platform diskursus sebagai upaa membagikan perspektif dan pengalamannya dalam: "Aswaja dan Paradigma Kemanusiaan".