Selasa, 12 April 2022. Yulius memimpin Gereja sebagai Paus dari tahun 337 sampai wafatnya pada tahun 352 di Roma. Dalam masa kepemimpinannya, Yulius dikenal sebagai Paus yang dengan keras menentang para pemimpin gereja Timur yang memberhentikan uskup-uskup yang ditabhiskan secara sah. Kecuali hal itu, ia pun menentang bidaah Arianisme dan pengikut-pengikutnya, terutama uskup-uskup yang terpengaruh oleh ajaran itu.
Athanasius, Uskup Aleksandria, Mesir adalah salah seorang korban perlakuan para pemimpin gereja timur yang Arianis itu. "Itulah yang terjadi, Bapa Paus Yulius. Karena saya menentang Arianisme, tahta keuskupan saya diambil oleh GREGORIUS dari KAPADOKIA TURKI," ujar Athanasius.
Yulius, yang bertanggungjawab atas masalah itu, segera mengadakan konsili di Roma pada tahun 340. Ia mengundang semua Uskup Timur untuk menghadiri konsili itu. Tetapi undangan Yulius ditolak. Semua Uskup Timur tetap bersikap keras terhadap Athanasius.
Untuk mendamaikan Uskup-Uskup barat dengan uskup-uskup Timur, Konstans (dari Barat) dan Konstansius (dari Timur) yang bersama-sama memangku suatu jabatan penting dalam kekaisaran Romawi mendesak para Uskup itu agar berkumpul di Sardica, Bulgaria, guna membicarakan masalah pemecatan uskup-uskup yang sah itu. Yulius menyambut baik ajakan itu dengan mengirimkan utusan-utusannya, akan tetapi uskup-uskup Arianis menolak menghadiri konsili Sardica.
Mereka sebaliknya berkumpul di Philippolis, Thrasia Yunani Utara, dan mengeluarkan suatu keputusan yang menghukum baik Athanasius maupun Yulius dari Roma yang dianggap sebagai biang keladi semua kejahatan yang ada. Sementara masalah belum tuntas, Gregorius dari Kapadokia meninggal dunia. Peristiwa ini menjadi peluang emas bagi Athanasius untuk kembali menduduki taktha keuskupannya di Aleksandria.
Yulius kemudian mengirim surat kepada seluruh umat di Aleksandria agar dengan sepenuh hati menerima kembali Athanasius sebagai Uskup Aleksandria yang sah.
Penulis Naskah: Arief Setyawan