Katolikana.com—Kamis malam itu seperti pekan-pekan sebelumnya. Sembilan orang duduk melingkar mengelilingi meja berisi beberapa kue basah dan teh panas yang masih mengeluarkan uap.
Lima orang pria dan empat wanita itu, salah satunya sudah paruh baya, adalah penganut kepercayaan Sumarah yang sedang beribadah di Pendopo Paguyuban Sumarah, Wirobrajan, Kota Yogyakarta.
“Biasanya kami berkumpul di pendopo ini setiap Kamis malam atau mengikuti kesepakatan bersama yang ditentukan melalui WhatsApp grup,” ujar Nugroho, sekretaris paguyuban Sumarah.
Kamis malam dipilih bukan karena hari itu sakral dalam kepercayaan Sumarah. Melainkan mengikuti kesepakatan bersama para pengikutnya, menyesuaikan jadwal keseharian.
Sembilan orang yang ditemui malam itu tidak selalu menentu, karena tak ada paksaan bagi pengikutnya untuk melakukan sujud Sumarah bersama.
“Kami tidak selalu dalam jumlah yang sama ketika sujud Sumarah, tetapi melalui kesadaran saja karena mengikuti kegiatan masing-masing,” ucap Nugroho.
Simak dan ikuti penuturan Nugroho, sekretaris Paguyuban Sumarah.
Selengkapnya di Katolikana.com