Sebuah puisi: 40 HARI
Ditulis oleh Ardi Kamal Karima
Disuarakan: Ardi Kamal Karima
Puisi "40 HARI" adalah refleksi mendalam tentang duka, kehilangan, dan perjalanan menuju keikhlasan. Lewat deskripsi yang melankolis, penulis menggambarkan suasana sunyi setelah kematian seseorang yang begitu berarti. Bayangan tubuh di atas ranjang, janji-janji yang hilang, dan luka yang terus tumbuh menjadi simbol betapa kehilangan itu mengakar dalam jiwa. Waktu terasa beku, seperti kalender yang diam, sementara kreativitas dan kehidupan perlahan berkarat dalam keheningan.
Di sisi lain, ada ketegangan antara kenangan dan kenyataan. Kehadiran bulan dan malam yang dingin mencerminkan memori yang tak mampu sepenuhnya menghangatkan hati yang kehilangan. Penulis juga menyoroti bagaimana proses menulis menjadi jalan pelarian sekaligus doa yang menggigil, menggambarkan keraguan dan ketidakpastian dalam menghadapi duka. Tradisi 40 hari setelah kematian menjadi kerangka waktu yang digunakan untuk menata rasa, mencatat perpisahan, dan melukiskan jarak antara kehidupan dan kematian yang tak bisa dijangkau.
Pada akhirnya, puisi ini berbicara tentang berserah diri. Penulis menyulam waktu dengan darah yang tumpah, menerima bahwa ia takkan kembali setelah malam itu. Ini adalah klimaks dari perjalanan emosional—dari duka yang mendalam menuju ikhlas yang perlahan tumbuh. Puisi ini tidak hanya berbicara tentang kehilangan orang lain, tetapi juga kehilangan diri sendiri, yang diakhiri dengan pasrah sebagai bentuk penerimaan terhadap takdir dan keabadian.
#ardikamal #literasi #penulis #monologue #jurnal #luka #perspektive #monolog #menjadimanusia #filsafat #sastra #ardikamal #puisi #poem #poet #penyair #penyair #kutipan #poetry #sajak #mentalhealth #syair