Sebuah Puisi: AKU MEMBANGUN APA?
Ditulis oleh Ardi Kamal Karima
Disuarakan: Ardi Kamal Karima
Puisi ini mengangkat Konflik dan Penolakan Terhadap Kehancuran Eksternal Penyair menggambarkan suara lantang (pekik) yang telah lama tertanam dan bergema dalam dirinya, disertai kegaduhan. Namun, ia menolak keras untuk menjadi sumber kehancuran yang terlihat seperti "api" atau "marabahaya". Ia menyadari bahwa kerusakan dalam dirinyalah ("rusak di inti saya") yang memicu kegilaan ini, tetapi ia tak ingin mewujudkannya dalam bentuk kekacauan yang nyata.
Kesepian dan Ketahanan dalam Kepedihan Penyair bertahan bertahun-tahun bersama bayangan dan impian yang redup. Ia merasakan keterasingan yang lebih dalam dari kesepian biasa. Sekali lagi, ia menegaskan penolakan untuk menjadi kekuatan destruktif yang tiba-tiba dan menakutkan ("petir" atau "teriakan"). Justru, kepedihan yang mematahkan hatinyalah ("Patah dihati ini") yang menjadi sumber ketahanannya untuk terus bertahan dalam kesunyian ini.
Kehancuran sebagai Fondasi dan Penolakan Balas Dendam
Keyakinan telah hancur berantakan tanpa menyisakan keindahan. Penyair mempertanyakan cinta dan cara manusia beroperasi, yang seolah membuatnya terpuruk selamanya ("lebih hitam"). Meskipun dihantui kehancuran ini, ia dengan tegas menolak menjadi pendendam atau sosok menyeramkan. Puisi diakhiri dengan kesadaran paradoks: justru kehancuran itulah ("Kehancuranlah") yang menjadi benang dan fondasi ("menyulam") yang membentuk segala sesuatu yang dialami dan dirasakannya sekarang. Judul "Aku Membangun Apa?" menemukan jawabannya: ia (terpaksa) membangun identitas dan keberadaannya di atas puing-puing kehancuran batin yang dialaminya.
#ardikamal #literasi #penulis #monologue #jurnal #luka #perspektive #monolog #menjadimanusia #filsafat #sastra #ardikamal #puisi #poem #poet #penyair #penyair #kutipan #poetry #sajak #mentalhealth #syair