Sebuah Monolog: Anjing Yang Bernyanyi Dalam Bahasa BungaDitulis oleh Ardi Kamal KarimaDisuarakan: Ardi Kamal KarimaPuisi ini menggambarkan sosok "Ia" sebagai predator berkedok persahabatan. Dengan penampilan ambigu dan klaim netral ("Aku bukan lelaki", "teman/besti/banci"), ia berpura-pura tulus sambil menyembunyikan nafsu seksual yang manipulatif. Metafora binatang seperti serigala berbulu domba, anjing yang menyanyi, dan lalat dari pembuangan mengekspos kepalsuannya—senyum manisnya menyimpan "bangkai hasrat membusuk", sementara tangan dan tatapannya melanggar batas fisik korban ("kau").Tokoh "Ia" secara sistematis merusak hubungan antara "Aku" (pembicara) dan "Kau" (kekasih/korban). Di balik topeng persahabatan platonik, ia memborgol kepercayaan, merampas tubuh, dan memicu perselingkuhan ("senggama antara perempuan dan si anjing"). Pembicara menyaksikan dengan murka bagaimana "Kau" tertipu oleh kepura-puraan "Ia"—tawa palsu "berwarna pelangi" dan kedok identitas ambigu dipakai untuk menyamar sebagai "bulan di siang semu" sembari menggerogoti cinta mereka.Monolog ini berakhir dengan amarah sinis dan ramalan. Pembicara mengejek hasrat mesum "Si Anjing" yang berujung absurd (hasrat pada darah menstruasi hanya jadi "sejumlah peju"). Ia meramalkan bahwa topeng "Ia" akan terbuka saat "cerminnya yang busuk" terungkap—tapi saat itu, sang pembicara telah pergi ("aku sudah tak lagi mau"). Ending "Haha lucu!" menjadi teriakan getir sekaligus kutukan terhadap kelicikan, hipokrisi, dan kehancuran yang ditimbulkan si manipulator.#ardikamal #literasi #penulis #monologue #jurnal #luka #perspektive #monolog #menjadimanusia #filsafat #sastra #ardikamal #puisi #poem #poet #penyair #kutipan #poetry #sajak #mentalhealth #syair #stopnormalisasiboti #boti #lgbt #kelainan #kekerasanseksual