Sebuah Puisi: BERITA CUACA
Ditulis oleh Ardi Kamal Karima
Disuarakan: @insom_mia08
Puisi ini menggunakan metafora cuaca untuk menggambarkan kekacauan psikologis yang mendalam. "Hujan tak kunjung reda" di langit pikiran melambangkan pikiran yang overthinking dan kata-kata yang terpendam. Ancaman "banjir bandang di wilayah ingatan" dan "angin kencang" yang menyapu nama-nama orang menunjuk pada trauma masa lalu yang mengikis identitas diri, membuat narator merasa seperti "pendatang asing tanpa nama". Cuaca ekstrem ini bukan fenomena alam, melainkan gambaran badai emosi yang menghancurkan ingatan dan rasa diri.
Penyair menyoroti ironi antara ramalan optimis dari luar ("Besok akan cerah") dengan realitas internal yang suram. "Layar kaca" (media) yang menyampaikan mantra positif justru kontras dengan "awan hitam" yang mengancam detak jantungnya dan "petir yang membunuh segala doa". Penggunaan istilah teknis seperti "peta cuaca" dan "laporan cuaca" untuk menggambarkan dada yang dikepung kabut makian serta matahari yang padam di balik kelopak mata, menegaskan kegagalan sistem (eksternal maupun internal) dalam memahami atau meredakan penderitaannya. Suhu tubuh yang "mencairkan setengah kesadaran" menandakan disosiasi akibat beban yang tak tertahankan.
Di tengah krisis, muncul figur "ahli cuaca" (mungkin suara hati atau naluri) yang memperingatkan bahaya di "wilayah perasaan". Namun, peringatannya sudah terlambat—"akar-akar cemasku" telah menjelma menjadi "air laut yang dewasa" dan menciptakan "fenomena bencana yang terasa tabu". Klimaks puisi hadir dalam kontras antara keputusasaan narator yang "tak punya payung" untuk menahan "hujan yang mementaskan gemuruh pekat", dengan seorang anak yang justru membuka jendela dan "membaca hujan sebagai nyawa". Anak ini mewakili kemungkinan penerimaan: melihat kesakitan bukan sebagai bencana, tapi sebagai "alfabet lumrah" dalam bahasa kehidupan—sebuah "sajak yang menetes pelan dari manusia". Puisi ditutup dengan penegasan bahwa penderitaan bukanlah akhir, melainkan bagian dari puisi hidup itu sendiri.
#ardikamal #literasi #penulis #monologue #jurnal #luka #perspektive #monolog #menjadimanusia #filsafat #sastra #ardikamal #puisi