Listen

Description

Sebuah Puisi: KABUR DARI RUMAH SAKIT JIWA

Ditulis & Disuarakan oleh Ardi Kamal Karima

Puisi ini menggambarkan pergulatan batin penyair yang berusaha melarikan diri dari belenggu pengobatan mental yang kaku dan tidak manusiawi. Dalam tiga bait pertama, penyair menggambarkan rumah sakit jiwa sebagai tempat yang mereduksi penderitaan menjadi sekadar resep obat, diagnosa dangkal, dan rutinitas medis yang menusuk jiwa. Metafora seperti "dokter-dokter menulis resep di atas nafasku yang retak" dan "suster-suster menari di atas kabel infus" mencerminkan ketidaknyamanan terhadap sistem yang mengabaikan esensi manusiawi pasien. Langit-langit kamar yang "meneteskan bau surga" menjadi simbol harap akan kebebasan, meski jalan menuju kesembuhan terasa seperti "peta buta" yang tak jelas.

Pelarian dari rumah sakit jiwa bukan sekadar upaya fisik, melainkan pemberontakan terhadap stigma dan keterasingan. Bait berikutnya menegaskan ketakutan penyair menjadi "daftar pasien puisi"—metafora untuk identitas yang hilang di bawah label gangguan mental. Meski rumah sakit berteriak bahwa ia akan kembali, penyair memilih kabur sambil menyadari bahwa luka dan kegagalan mungkin diperlukan untuk menemukan "jalan pulang" yang lebih autentik. "Tangga darurat" yang tak ada merepresentasikan ketiadaan solusi instan, sekaligus keberanian untuk menciptakan kemungkinan baru di luar batasan sistem.

Di luar rumah sakit, penyair menemukan pembebasan melalui interaksi dengan alam dan proses merangkai identitas yang hilang. "Udara mengulurkan tangan sebagai terapis baru" dan "angin menenun selimut" melambangkan penyembuhan yang organik, jauh dari klinis. Saat mengeja namanya di "aspal basah", hilangnya suku kata dan tawa yang terpecah mencerminkan perjalanan rekonstruksi diri yang belum utuh, tetapi penuh kelegaan. Puisi ini menutup dengan pesan bahwa kesembuhan jiwa tidak selalu linear, tetapi bisa ditemukan dalam keberanian menghadapi luka dan merayakan fragmen-fragmen kebebasan.

#ardikamal #mentalillnes #mentalhealth #depression #depresi #syair #literasi #penulis #poem #puisi #jurnal #luka #perspektive #monolog #menjadimanusia #filsafat #sastra