Puisi: KAU
Ditulis oleh Ardi Kamal Karima
Disuarakan Oleh Insom-Mia
Puisi ini menggambarkan "KAU" sebagai entitas yang hadir dalam bentuk-bentuk sederhana namun penuh makna, menjadi sumber kenyamanan dan ketenangan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui metafora seperti "kasur rapih", "nasi kotak ibu", atau "notifikasi 100% baterai", "Kau" dihadirkan sebagai sesuatu yang konstan, setia, dan memberi rasa aman. Ia adalah tempat pulang setelah lelah, sesuatu yang tak banyak bicara tetapi selalu ada, menyembunyikan rindu yang matang dalam kesabaran. Baris-baris seperti "sisi dinginmu yang menunggu sampai rindu cukup umur" atau "kita tidak pernah ke mana-mana, namun waktu seakan tak lagi ada" menegaskan relasi intim yang melampaui kata-kata, di mana kehadiran "Kau" menjadi penawar kesepian dan kekosongan.
Namun, di balik kesederhanaan itu, puisi ini juga menyiratkan nuansa kesendirian dan kerinduan yang tersamar. "Kau" adalah "kursi kosong di keramaian yang tiba-tiba bisu" atau "senyum terakhir sebelum lampu dipadamkan"—gambaran yang mengisyaratkan ketidakhadiran fisik, tetapi tetap hidup dalam ingatan dan perasaan. Ada paradoks: "Kau" hadir sebagai kenyamanan, tetapi juga mengingatkan pada kehilangan atau jarak yang tak terucap. Misalnya, "sisa remahan di ujung bungkus snack yang tak teraba" atau "sunyi yang tak perlu diterjemahkan" menyiratkan bahwa hubungan dengan "Kau" mungkin terjalin dalam kesenyapan, di mana kehadiran dan ketidakhadiran saling bertaut.
Pada akhirnya, "KAU" adalah ruang teduh yang memungkinkan penyair menemukan kedamaian dalam dirinya sendiri. Baris seperti "nafas pertama yang kembali setelah sekian lama terasa ngilu" atau "kita bersembunyi di balik kulit cinta dan puisi aku" menunjukkan bahwa "Kau" bukan sekadar orang atau objek, tetapi juga metafora untuk cinta, waktu, atau bahkan seni yang menjadi pelarian. Puisi ini merayakan kehadiran kecil-kecilan yang justru memberi makna besar: sebuah kenyamanan yang tak menuntut, sebuah cinta yang diam-diam mengisi ruang antara kesibukan, kesepian, dan kerinduan.
#ardikamal #mentalillnes #mentalhealth #depression #depresi #syair #literasi #penulis #poem #puisi #jurnal #luka #perspektif #cinta