Listen

Description

Sebuah Puisi: Kesepian adalah satu-satunya yang tidak pernah pergi

Ditulis & Disuarakan oleh Ardi Kamal Karima

Puisi Ardi Kamal Karima menggali kedalaman kesepian sebagai pengalaman yang abadi, melampaui siklus hubungan yang sementara. Narator menggambarkan dirinya melepaskan tangan dan wajah yang tak terhitung, melukiskan betapa relasi manusia hanya datang dengan janji palsu dan pergi dengan alasan yang diciptakan sendiri. Kesepian menjadi satu-satunya kepastian dalam hidupnya, seperti "bangsal kosong" yang pernah ramai oleh kehadiran semu. Metafora rumah sakit dan pasien yang tak lagi ditengok mengisyaratkan luka emosional yang tak kunjung sembuh, di mana setiap perpisahan hanya meninggalkan kekosongan. Narator terjebak dalam lingkaran jatuh cinta dan patah hati, menyadari bahwa cinta selalu menemukan jalan untuk pergi—tanpa perlu diajari—sehingga kesepian menjadi benteng pelarian dari rasa sakit yang berulang.

Puisi ini juga mengkritik cara realitas material merasuk ke dalam hubungan intim, bahkan ketika narator berusaha menghindarinya. Uang, yang tak pernah ditulisnya dalam puisi, justru menyusup dalam percakapan paling personal, mengganggu kemurnian cinta. Narator merasa "miskin" secara emosional, tak mampu mencintai sepenuhnya, sementara orang lain memilih pergi ke pelaminan dengan sosok lain. Kontras antara idealisme cinta dan kenyataan hidup—seperti pengangguran di pesta pernikahan—menunjukkan betapa cinta sering dikalahkan oleh tuntutan duniawi. Kebodohan dan ketidakmampuan menawar nasib palsu mencerminkan kepasrahan narator terhadap ketidakberdayaannya dalam menghadapi realitas yang keras.

Meski cinta gagal diwujudkan, puisi menjadi medium keabadian bagi narator. Awalnya, ia percaya cinta bisa diabadikan dalam sajak, tetapi pengalaman pahit membuatnya menyadari bahwa puisi tak lagi menciptakan cinta—ia justru melampaui diksi dan mimpi. Puisi hidup "untuk seribu tahun," menjadi saksi bisu kesepian yang tak tertulis. Di tengah keputusasaan, narator memilih kesepian sebagai jalan aman, menghindari menjadi penyebab kesengsaraan orang lain. Di sini, puisi bukan lagi alat romantisasi, melainkan ekspresi jujur dari luka yang tak terelakkan. Kesepian, meski pahit, menjadi kebenaran terakhir yang bertahan, sementara cinta dan kata-kata hanya tinggal sebagai jejak yang terus mengambang dalam ruang hampa.

#ardikamal #literasi #penulis #dialogue #dialog #jurnal #luka #perspektive #monolog #menjadimanusia #filsafat #sastra #ardikamal #puisi #poem #poet #penyair #penyairindonesia #syaircinta #cinta #patahhati #manusia