Sebuah puisi: ME-RIANG AKU!
Ditulis oleh Ardi Kamal Karima
Disuarakan: Ardi Kamal Karima & Insom-Mia
Puisi ini menampilkan gaya ekspresionisme yang kuat, di mana penyair mengungkapkan kondisi batin yang gelap dan sunyi melalui metafora yang mendalam. Frasa seperti "Aku menanam sunyi di dalam dadaku" dan "hujan di dalam kepalaku, tak juga reda" menciptakan citraan yang kuat tentang kesedihan yang terus-menerus mengendap di dalam jiwa. Ada elemen repetisi yang memperkuat kesan mendalam, seperti "tak juga reda, tak juga lupa", yang menggambarkan betapa perasaan ini begitu mencekam dan tak kunjung usai. Struktur puisinya bebas, tetapi tetap menjaga ritme yang mendukung nuansa keterasingan dan kelelahan batin.
Puisi ini mencerminkan kondisi psikologis seseorang yang mungkin mengalami depresi atau kelelahan emosional. Simbol hujan di dalam kepala bisa diartikan sebagai representasi dari overthinking atau tekanan mental yang tak kunjung reda. Frasa "Orang-orang bicara tentang cahaya, tentang jalan pulang, atau kenangan. Aku mendengar, tapi telingaku sudah lama tuli" menandakan adanya kelelahan terhadap optimisme yang ditawarkan orang lain, sebuah tanda apatis yang kerap muncul dalam keadaan depresi. Keseluruhan puisi ini menggambarkan pergulatan batin antara harapan dan kelelahan, antara ingin merasa riang tetapi justru tenggelam dalam kesunyian.
puisi ini menggambarkan keterasingan individu dalam dunia yang terasa hampa. Penyair mempertanyakan makna kebahagiaan dan eksistensi dirinya di tengah ketidakpastian. Konsep absurditas Camus dapat dibaca dalam puisi ini—kehidupan terasa hampa dan tidak masuk akal, tetapi tetap harus dijalani. Baris "Aku menyusun puisi ini dari luka yang cukup tenang" menandakan upaya penciptaan makna dari penderitaan, sebagaimana dalam filsafat Nietzsche yang melihat seni sebagai sublimasi dari derita. Puisi ini seolah menyiratkan bahwa meskipun hidup penuh luka, ada kemungkinan transendensi melalui seni atau, dalam konteks lebih luas, melalui penerimaan terhadap absurditas itu sendiri.
#ardikamal #literasi #penulis #monologue #jurnal #luka #perspektive #monolog #menjadimanusia #filsafat #sastra #ardikamal #puisi #poem #poet #penyair #penyair #kutipan #poetry #sajak #mentalhealth #syair #dialogue #dialog