Puisi: BERGANTIAN
Ditulis oleh Ardi Kamal Karima
Disuarakan Oleh Bintang Kirana
Puisi "Membelah Rasa Percaya" menggali konflik batin dalam hubungan yang retak akibat kehilangan kepercayaan. Pembukaannya, "Aku lupa bagaimana caranya membaca rupa dari prasangka," menunjukkan kegagalan komunikasi dan ketidakmampuan memahami pasangan, bahkan untuk sekadar menafsirkan keraguan. Kegelisahan ini diperkuat oleh gambaran waktu yang kabur ("Entah siang, entah malam") dan mendung yang "berbeda dari biasanya," mencerminkan kekacauan emosi yang mengaburkan realitas. Penyair seolah terjebak dalam lingkaran pertanyaan tanpa jawab, di mana kelelahan dan kekecewaan menjadi tembok yang memisahkan dua insan.
Pada bait kedua, puisi ini menyoroti paradoks antara kerinduan dan kepedihan yang disembunyikan. "Ada rindu yang kupesan tanpa nama" mengisyaratkan kerinduan yang tak terungkap, sementara "pilu yang kusembunyikan dalam tawa" menegaskan betapa rasa sakit dipendam demi menjaga ilusi kebahagiaan. Pertanyaan retoris, "Apa betul ada hidup yang begitu surga?" mengkritik harapan naif tentang cinta yang sempurna, yang justru runtuh ketika kepercayaan hilang. Pasangan yang "kehilangan rasa percaya" digambarkan seperti dua insan yang terdampar di antara ilusi dan realitas, di mana cinta tak lagi mampu menjadi jembatan.
Bait terakhir menguatkan tema keputusasaan melalui metafora alam: "Gaduh kian luruh tuk jadi kita" dan "Gemuruh tak mau jauh menghadiahi luka." Suara bising dan gemuruh mungkin mewakili pertengkaran atau konflik yang tak terhindarkan, sementara "laut percaya" yang tak terbelah menjadi simbol akhir dari hubungan tanpa rekonsiliasi. Penyair menegaskan bahwa cinta tanpa kepercayaan ibarat laut yang tak mungkin dibelah—tak ada mukjizat atau solusi ajaib. Penutup ini meninggalkan kesan pilu: ketika kepercayaan hancur, yang tersisa hanyalah luka dan pengakuan bahwa cinta tak bisa bertahan hanya dengan nostalgia atau harapan kosong.
#ardikamal #mentalillnes #mentalhealth #depression #depresi #syair #literasi #penulis #poem #puisi #jurnal #luka #perspektive #monolog #menjadimanusia #filsafat #sastra #cinta