Sebuah Puisi: TOLAK INGIN
Ditulis & Disuarakan oleh Ardi Kamal Karima
Puisi "Tolak Ingin" karya Ardi Kamal Karima menggambarkan kegelisahan yang mendalam melalui metafora tubuh dan elemen alam. Angin yang "berkeliaran di rongga dada" dan "menggulung paru-paru" melambangkan kecemasan yang menggerogoti ketenangan batin. Citra termometer dari "air mata kaca" dan "skala hari-hari yang tak terbaca" menegaskan ketidakstabilan emosi, seolah pengarang terjebak dalam waktu yang kacau dan tak terukur. Upaya untuk "berkeringat" yang berubah menjadi "alfabet tercecer" merepresentasikan kegagalan mengekspresikan diri secara utuh—setiap huruf (a: aku, b: basi, c: cemas) menjadi fragmen perasaan yang tak tersampaikan, berubah menjadi "awan asam lambung" yang menyakitkan.
Puisi ini juga mengeksplorasi hubungan dengan waktu yang terasa mengancam. Jam dinding yang "menjilat jarum detik" dan "gigi-gigi waktu bersuara setengah gila" mencitrakan waktu sebagai entitas yang menggerogoti, sementara sang aku hanya menjadi "saksi bisu". Keterasingan semakin kuat saat malam (3.00 pagi) "menggigit bantal", mengisyaratkan insomnia dan kesendirian. Bahkan organ tubuh seperti hati dan empedu digambarkan tak saling memahami, menandakan disintegrasi diri. "Jamu dan rempah" yang disebut sebagai "iklan menipu" menyiratkan kekecewaan pada solusi instan, baik fisik maupun psikis, yang gagal menyembuhkan luka batin.
Di akhir puisi, keputusasaan mengeras saat "angin bersarang di tulang busuk", simbol kehancuran diri yang tak terelakkan. Burung-burung yang terbang "ke utara, atau ke mana saja, selain menuju diriku" mencerminkan keinginan untuk kabur dari realitas, namun sang aku justru terperangkap dalam tubuhnya sendiri. Demam yang tak kunjung pecah meski "seluruh apotek menjual parasetamol" menunjukkan kegagalan obat-obatan atau motivasi untuk menyembuhkan. "Botol-botol kepercayaan kadaluarsa" menjadi klimaks dari kehancuran: kepercayaan pada diri, harapan, atau sistem pendukung telah runtuh, meninggalkan sang aku dalam ruang hampa yang gelap dan tanpa jalan pulang.
#ardikamal #literasi #penulis #dialogue #dialog #jurnal #luka #perspektive #monolog #menjadimanusia #filsafat #sastra #ardikamal #puisi #poem #poet #penyair #penyairindonesia #syaircinta #cinta #manusia #tolakingin #keinginan #ingin #nafsu #monologue