Listen

Description

Khalifah Umar bin Abdul Aziz pernah berwasiat kepada sebagian pekerjanya, “Hendaklah engkau bertakwa kepada Allah dimana saja Engkau berada. Sesungguhnya takwa kepada Allah adalah persiapan yang paling baik, makar yang paling sempurna, dan kekuatan yang paling dahsyat. … Dan janganlah karena permusuhan seseorang dari manusia menjadikan kalian lebih perhatian kepadanya daripada perhatian kalian terhadap dosa-dosa kalian. Janganlah kalian katakan bahwa musuh-musuh kita lebih jelek keadaannya daripada kita dan mereka takkan pernah menang atas kita sekalipun kita banyak dosa. Berapa banyak kaum yang dihinakan oleh musuh-musuhnya yang lebih jelek dari kaum itu karena dosa-dosa kaum tersebut. Mintalah kalian pertolongan kepada Allah atas diri-diri kalian, sebagaimana kalian meminta pertolongan kepada-Nya atas musuh-musuh kalian…”(Abu Nu’aim, Al Hilyah, juz 5 hal 303).

Takwa inilah prinsip utama yang harus dipegang oleh seorang muslim dalam mengatasi sebuah persoalan, dalam kapasitas apapun keberadaan dirinya, baik sebagai rakyat maupun pejabat, sebagai yang dipimpin maupun yang memimpin. Ketakwaan yang bukan hanya ada dipojok-pojok mesjid, namun ada kapan dan dimanapun dia berada, takwa saat beribadah, saat bermu’amalah, bahkan saat mengatur urusan rakyat sekalipun. Takwa yang tercermin dengan ketundukan terhadap syari’ah dalam aspek apapun, sebagaimana perkataan Umar bin Abdul Aziz yang dinukil oleh Syeikh ‘Abdul Qôdir Al- Jilaniy dalam kitabnya, Al Ghun-yah:

ليس تقوى الله بقيام الليل وصيام النهار والتخليط فيما بين ذلك، ولكن التقوى أداء فرائض الله وترك محارمه، فمن رزق بعد ذلك خيراً فهو خير إلى خير[1]

“Ketakwaan itu bukan sekedar puasa di siang hari dan qiyam (shalat/ibadah) dimalam hari atau seputar itu. Tapi takwa itu meninggalkan apa yang dilarang Allah, mengerjakan apa yang difardhukan-Nya, maka barang siapa yang setelah melakukan itu Allah anugerahkan kebaikan  (semangat untuk melakukan yang sunnah dan meninggalkan yang makruh dan syubhat), maka yang demikian itu adalah kebaikan pada kebaikan”. Allahu A’lam.