Janabijana
Oleh. Afiyah Rasyad
(Kontributor Tetap NarasiPost.com)
Voice over talent: Dewi Nasjag
NarasiPost.Com-“Tap tap tap,” suara kaki kuda beradu dengan aspal berlubang. Jejeran kelapa gading memberi kesejukan bagi siapa saja yang lewat. Sejauh mata memandang, hamparan padi merunduk memanjakan netra yang penuh rasa syukur. Di sepanjang jalan beraspal tidak rata, seorang pemuda duduk menikmati keindahan alam yang telah lama ditinggalkannya.
Enam puluh purnama sudah ia tak menyapa janabijana yang elok. Dadanya membuncah saat wangi kemuning menyapa indra penciumannya. Daun kelapa melambai lambat-lambat mematuhi titah Allah Sang Pencipta kehidupan. Pemuda yang sedang naik bendi itu terus merapalkan zikir di belakang kusir. Dzaki memejamkan mata mengenang masa kecilnya.
“Awakmu putrane Pak Saiful, Le?” tanya Pak Kusir.
“Inggih, leres, Pak,” jawab Dzaki sopan.
Pak Kusir menoleh dengan tatapan bahagia. Pemuda di sampingnya ini selalu menjadi buah bibir warga karena kesuksesannya di luar negeri. Bukan sebagai TKI, tapi menuntut ilmu. Dzaki menjawab semua pertanyaan Pak Kusir dengan sangat santun. Dia merasa Pak Kusir teman ngobrol yang nyaman.
Tak banyak yang berubah dari tata letak dan tata desa sejak ia meninggalkan kampungnya. Hanya ada satu dua bangunan yang mulai didinding tembok dan beratap genteng. Sebagian besar masih berdinding anyaman bambu dan seng, beratap rumbia. Rumah-rumah panggung juga masih ada. Netra bulat dan jernih Dzaki menyapu setiap rumah yang dulu menjadi tempat singgahnya saat pulang sekolah dari dusun bawah. Surau panggung Ustaz Maulana juga masih berdiri kokoh, tak ada yang berubah kecuali warna dinding yang mulai memudar. Bendi terus melaju naik.
Naskah selengkapnya: https://narasipost.com/2022/03/23/janabijana/
Terimakasih buat kalian yang sudah mendengarkan podcast ini,
Follow us on:
instagram: http://instagram.com/narasipost
Facebook: https://www.facebook.com/narasi.post.9
Fanpage: Https://www.facebook.com/pg/narasipostmedia/posts/
Twitter: Http://twitter.com/narasipost