Look for any podcast host, guest or anyone

Listen

Description

Malu Aku Teriak Merdeka


Oleh. Hana Annisa Afriliani, S.S

(Tim Redaksi Pelaksana NarasiPost.Com )


Voice Over Talent : Maya R


NarasiPost.Com-Suasana peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia hampir dua tahun ini begitu berbeda. Tak ada keriuhan seperti tahun-tahun sebelum adanya pandemi Covid-19. Tawa riang anak-anak yang menyemangati temannya yang sedang mengikuti lomba 17an kini tak terdengar lagi. Pun tepuk tangan dari para bocah mungil tatkala namanya disebut sebagai pemenang lomba makan kerupuk, memasukkan pensil ke botol, membawa kelereng dengan sendok yang digigit, serta lomba-lomba lainnya, tak lagi ada. Semuanya terkubur oleh mencekamnya pandemi di negeri ini.


Ya, aku masih ingat sekitar dua tahun lalu, anak-anak di sekitar tempat tinggalku begitu antusias mengikuti perlombaan yang diadakan oleh ketua RT masing-masing. Maka, yang terekam olehku adalah setiap 17an pasti ramai. Ya, memori itu sudah terekam erat dalam benakku bahkan sejak aku masih anak-anak. Bagiku yang saat itu masih bocah, perayaan 17 Agustus itu sangat dinantikan, seru, dan menyenangkan. Selain bertabur banyak hadiah, juga banyak hiburan yang disajikan di lingkungan tempat tinggalku. Setiap momen 17an, aku suka mengikuti lomba menari bersama teman-temanku di lingkungan tempat tinggalku. Kami juga ikut lomba sepeda hias dan lomba-lomba lainnya yang diadakan. Rasanya menyenangkan sekali!


Namun, seiring bertambahnya usia dan pemahaman, aku semakin menyadari bahwa euforia kemerdekaan sebetulnya menyimpan makna semu akan makna kemerdekaan itu sendiri. Kemudian sejenak aku berpikir, tawa anak-anak dalam perlombaan itu begitu tulus memancar dari hatinya yang bahagia. Namun, mereka belum memahami bahwa perayaan yang mereka ikuti hanyalah sebuah seremonial. Karena kenyataannya, negeri ini belumlah merdeka.


Ya, 76 tahun Indonesia mengklaim diri sebagai bangsa yang merdeka, namun nyatanya penduduknya masih dicengkeram oleh derita. Lantas, aku kembali mengingat wajah-wajah penuh duka yang satu dua berlalu-lalang di tengah keriuhan perayaan kemerdekaan itu. Dengan wajah memelas dan pakaian kumal penuh tambalan, mereka menengadahkan tangan mengharap belas kasihan. Inikah yang dinamakan bangsa merdeka? Rakyat jelata masih banyak yang berkubang dalam kelaparan, sementara para borjuis sibuk menghitung asetnya. Luar biasa. Ah, malu aku teriak merdeka!




Naskah Selengkapnya : https://narasipost.com/2021/08/18/malu-aku-teriak-merdeka/




Terimakasih buat kalian yang sudah mendengarkan podcast ini,


Follow us on :


instagram : http://instagram.com/narasipost


Facebook : https://www.facebook.com/narasi.post.9


Fanpage : Https://www.facebook.com/pg/narasipostmedia/posts/


Twitter : Http://twitter.com/narasipost