Di era 90-an, Denada banyak dikenal sebagai seorang rapper. Kiprahnya sebagai rapper bahkan
mengantarkan Denada ke ajang bergengsi MTV Asia dan berhasil menyabet penghargaan International
Viewers Choice Award MTV Asia 1995 lewat lagu Sambutlah.
Keberhasilan Denada sebagai seorang rapper tidak membuatnya berhenti menjajaki dunia seni suara.
Di tahun 2000-an, setelah menyelesaikan pendidikannya di Australia, Denada kembali ke tanah air dan
mulai pindah jalur ke musik dangdut.
Pada tahun 2012 Denada menikah dengan Jerry Aurum dan dikaruniai seorang putri cantik bernama
Shakira. Sayangnya pernikahan Denada hanya bertahan selama tiga tahun. Keduanya melangsungkan
perceraian pada tahun 2015 silam. Hak asuh anak jatuh ke tangan Denada.
Tiga tahun berlalu, awan hitam kembali menyelimuti perjalanan hidup Denada. Pertengahan tahun
2018, sang putri yang saat itu masih berusia 5 tahun divonis mengidap leukimia. Denada memutuskan
pindah dan melakukan pengobatan di Singapura untuk putri semata wayangnya.
Merasa tidak berdaya hanya bisa menyaksikan putrinya kesakitan, Denada bahkan pernah
mempertanyakan takdirnya pada Tuhan. Beruntung, sang Ibu, Emilia Contessa, yang selalu
mendampingi Denada senantiasa mengingatkan Denda bahwa tindakannya salah. Kita sebagai manusia
hanya perlu berkeluh kesah dan meminta yang terbaik pada Tuhan.
Berharap menjadi doa yang lebih baik, melalui usul sang ibunda, Denada mengganti nama putrinya
menjadi Aisha. Yang memiliki arti kehidupan. Pergantian nama ini hanya Denada lakukan secara
simbolik tanpa melakukan perubahan data di catatan sipil.
Sejak menjalani pengobatan, Denada juga tampak selalu menutupi wajah Aisha di seluruh unggahan
sosial media miliknya. Treatment kemoterapi yang dijalani Aisha, perlahan membuat rambutnya rontok
dan kulitnya menghitam. Perubahan fisik yang terjadi ini membuat Aisha merasa tidak nyaman melihat
pantulan dirinya di cermin. Denada memutuskan menutup seluruh cermin di apartemen mereka untuk
menghibur hati Aisha. Jika Aisha merasa tidak nyaman melihat pantulan dirinya sendiri di cermin,
Denada juga tidak ingin Aisha merasakan ketidaknyamanan yang sama jika perubahan fisiknya harus
dilihat oleh orang banyak. Hal ini kemudian jadi alasan Denada mulai menutupi wajah Aisha di sosial
media.
Tak hanya harus fokus jaga Aisha, Denada juga harus bagi waktu pulang pergi Jakarta Singapura
untuk bekerja. Rutinitas ini masih dilakukan Denada di tahun-tahun pertama tinggal di Singapura.
Sampai akhirnya pandemi datang. Seperti terjebak, Denada harus terus membiayai pengobatan
putrinya tanpa pemasukan. Menjual beberapa aset jadi pilihan satu-satunya.