Hari ini mood-ku sedang buruk. Dengan rasa penuh kekesalan, aku pergi keluar untuk melampiaskan semua perasaan itu.
Dengan random kutarik seseorang yang sedang duduk di pinggir jalan sambil memainkan ponselnya. Awalnya, tentu saja ia berontak dan tidak terima karena kita tak saling kenal. Tapi, karena aku sedang tidak ingin dibantah, akhirnya aku buat ia tersetrum sampai pingsan.
Aku sudah memastikan lokasi itu sebelumnya sehingga yang kulakukan tak sampai ada yang lihat. Dengan susah payah kuseret tubuhnya memasuki mobilku. Kemudian kuiikat kuat dengan rantai.
Aku melajukan mobilku ke tepian waduk yang tak jauh dari lokasi aku menculiknya. Omong-omong, dia laki-lalu muda berusia sekitar 20-an.
Begitu aku tiba di sana, ternyata masih ada beberapa orang udik yang menjadikan waduk sebagai lokasi berfoto. Aku lalu menunggu mereka hingga selesai sambil bermain-main dengan jari tangannya.
Mulutnya yang kubungkam serta mobil yang tak dapat mengeluarkan suara meski ia berteriak sekencang apapun, membuatku jadi leluasa menikmati rasa ketakutannya. Ia histeris setiap kali jarinya terlepas.
Aku tertawa saat ia menangis kesakitan sampai sesunggukan. Sangat lucu sekali kurasa.
Selesai dengan semua jari tangannya, aku berpindah pada jari kakinya. Dengan sisa tenaga yang masih dimiliki, ia berusaha untuk membuat kakinya tak dapat kupegang. Ia salah. Justru hal itu membuatku gemas hingga rasanya aku inginĀ memotong kelimanya sekaligus.
Tak terasa langit mulai menguning, orang-orang di waduk sudah tak lagi ada berkeliaran. Aku lalu menyeret dia keluar dengan ceceran darah yang masih keluar dari tangan dan kakinya. Aku kemudian menariknya dalam keadaan tubuh terikat tanpa peduli pada kulit-kulitnya yang tergesek aspal jalanan. Sementara ia terus-terusan berteriak dibalik sumpalan kain yang kubekapkan di mulutnya.
Sesampainya berada di tengah waduk, aku lalu mendorongnya ke bawah. Karena air pada waduk sedang pasang, membuat suara jatuhnya terdengar kecil. Gelembung kecil terus keluar seiring dengan tubuhnya yang tenggelam ke dasar waduk.
Sampai akhirnya ia tak lagi terlihat, barulah aku beranjak dari sana dengan melemparkan kunci dari gembok yang kukaitkan dirantai yang tadi kulilit ditubuhnya.