Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Tuhan mau kita menjadi orang percaya yang senantiasa memberikan semangat dan inspirasi kepada banyak orang, dan bukan sebaliknya. Tuhan tidak mau kita menjadi orang percaya yang menyurutkan semangat orang lain (‘orang lain’ ini bisa siapa saja, bisa anggota keluarga, pasangan, teman-teman, bawahan, atasan dan lain-lain). Ingat, yang dimaksud dengan ‘menyurutkan semangat’ atau ‘membuat enggan’ itu bukan hanya sekedar ucapan kata-kata yang melemahkan, namun juga keputusan-keputusan yang diambil. Semua ini akhirnya akan nampak melalui gaya hidup yang tidak mengobarkan atau tidak menyemangati orang lain untuk melakukan apa yang Tuhan ingin kita lakukan.
Keputusan yang dilakukan bani Gad dan bani Ruben mungkin tidak ada niat untuk menyurutkan semangat suku Israel lainnya. Keputusan yang mereka lakukan semata-mata adalah untuk kenyamanan diri mereka sendiri. Mereka punya ternak yang banyak, dan di wilayah Yaezer dan Gilead adalah wilayah yang baik utk peternakan. Namun mereka tidak menyadari dampak yang ditimbulkan dari tindakan mereka tersebut telah membuat enggan hati bangsa Israel lainnya untuk memasuki tanah perjanjian.
Seringkali kita tidak menyadari bahwa keberadaan kita sebagai orang percaya itu sangat diperhatikan, apapun posisi kita. Entahkah sebagai pemimpin di keluarga, di komunitas, di departemen, atau dimanapun wilayah dimana kita menyatakan keberadaan diri kita sebagai orang percaya. Apabila kita tidak dalam keadaan yang terus bernyala-nyala bagi Tuhan tanpa disadari kita telah membuat enggan hati banyak orang untuk berjalan ke tujuan Tuhan.