Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Tuhan mau kita menyadari bahwa “jubah demi jubah” yang dikenakan kepada kita seharusnya menuntun kita akhirnya mengenakan jubah tanggung jawab _(garment of responsibility)_ atau jubah pelayanan/pengabdian _(garment of ministry)_ seperti yang Yusuf kenakan. Jubah ini tidak otomatis dikenakan pada seseorang hanya karena ia sudah melayani di gereja, namun ini berbicara tentang keadaan seseorang yang sudah melewati berbagai fase “jubah demi jubah” sebelumnya, sehingga yang muncul adalah kerendahan hati, menangkap apa yang Tuhan kehendaki, menyadari tanggung jawab yang harus dipikul dari apa yang Tuhan percayakan, dan tidak memanfaatkan orang lain untuk melakukan sesuatu bagi dirinya melainkan memiliki mindset “apa yang dapat aku lakukan untuk orang lain dan bangsa.”
Mungkin kita berkata bahwa mana mungkin kita bisa seperti Yusuf yang bisa mengelola sebuah negeri seperti ia mengelola Mesir. Ingat, tanggung jawab besar yang akan Tuhan percayakan tidak selalu persis sama seperti Yusuf, namun tetap berupa sesuatu hal yang besar. Tetapi mari kita bisa melakukannya mulai dari lingkup yang lebih kecil terlebih dulu, namun tetap dengan mengenakan mindset _“garment of ministry”_ atau _“garment of responsibility,”_ seperti misalnya mengelola rumah tangga atau keluarga yang Tuhan percayakan terlebih dahulu. Sama halnya, Yusuf pun sebelum mengelola Mesir, ia terlebih dahulu dipercayakan untuk mengelola rumah Potifar terlebih dahulu, dan ia berhasil melakukannya.