Pelajaran kesabaran yang tinggi bisa kita dapatkan dari kehidupan Nabi Ibrahim dan
keluarga. Ia bersabar melaksanakan perintah Allah, bersabar menjauhi larangan Allah, dan
juga bersabar menjalani segala takdir kehidupannya, walaupun harus berpisah dengan istri
dan keluarganya. Nabi Ibrahim adalah panutan kita sebagai hamba Allah yang sejati dalam
kehidupan kita. Maka Allah tidak heran bila Allah telah memerintahkan Rasulullah dan
seluruh umatnya untuk mengikuti jejak langkah Nabi Ibrahim.
ث ا
َ
ن
ْ
ي
َ
ح
ْ
و
َ
أ
كَ
ْ
ي
َ
ل
ِ
ِن إ
َ
أ
ْ
ِع
ب
َّ
ات
َ
ة
َّ
ِمل
َ
ِهيم
ا
َ
ر
ْ
ب
ِ
إ ا
ً
ِيف
ن
َ
ح ا
َ
م
َ
و
َ
ان
َ
ك
َ
ِمن
َ
ِكين
ِ
ر
ْ
ش
ُ
م
ْ
ال
“Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): “Ikutilah agama Ibrahim
seorang yang hanif” dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan
Allah” (QS. An-Nahl: 123)
Sungguh kebahagiaan yang hakiki adalah ketika kita bertekad untuk mengamalkan
ajaran-ajaran Islam secara kaaffah dengan penuh kesabaran. Yaitu dengan menjadikan
perintah Allah sebagai prioritas utama dalam hidup ini, menempatkan larangan Allah
sebagai pantangan hidup yang harus kita hindari, dan menerima semua ketentuan Allah
dengan penuh kepasrahan hati.
Inilah makna dari ungkapan “Radhitu billahi rabbaa” Aku puas Allah sebagai
Rabbku, sebagai pengatur dan pelindungku. Maka aku tidak perlu khawatir menjalani
hidup, atau menggantungkan nasib kepada manusia. Sebab aku yakin ada Allah yang
mengatur dan melindungiku.
“Wa bil Islami dinaa” Aku puas Islam sebagai agamaku, sebagai konsep dan jalan
hidupku. Maka aku tidak mencari konsep hidup selain konsep hidup yang sudah diajarkan
oleh Islam.
“Wa bi Muhammadin Nabiyyan Wa Rasuula” Dan aku puas Muhammad sebagai
Nabi dan Rasulku. Menjadi teladan dan pedoman utama dalam hidupku. Maka aku jadikan
kehidupan Rasulullah mulia dan utama sebagai tuntunan menjalani kehidupanku.
Kita belajar dari Nabi Ibrahim alaihissalam yang telah memasrahkan jiwanya
sepenuhnya kepada Allah, dengan ucapannya:
ِي
ّ
ن
ِ
إ
ُ
ْت
ه
جَّ
َ
و
َ
ي
ِ
ه
ْ
ج
َ
و ِذي
َّ
ِ ل
ل
َ
ر
َ
ط
َ
ِت
ف ا
َ
او
َ
م
ْ َض السَّ
ر
َ ْ
ال
َ
و ا
ً
ِيف
ن
َ
ح ا
َ
م
َ
و ا
َ
ن
َ
أ
َ
ِمن
َ
ِكين
ِ
ر
ْ
ش
ُ
م
ْ
ال
“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan
bumi, dengan teguh kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang
yang mempersekutukan Allah” (QS. Al An’am: 79)
Dalam tuntunan ajaran Islam ini, sudah terkandung segala apa yang kita perlukan dari
segi pendidikan, akhlak, kesehatan, sosial, ekonomi, politik, dan yang lainnya. Ajaran
Allah ini akan membawa kemaslahatan dan keharmonisan dalam kehidupan umat manusia
seluruhnya bila diamalkan dengan sebaik-baiknya. Pengamalan ajaran agama islam secara
utuh pada akhirnya akan melahirkan pribadi yang baik dengan kesehatan yang prima,
rumah tangga yang harmonis, masyarakat yang rukun dan sejahtera, serta kehidupan
berbangsa dan bernegara yang aman dan sentosa.
ْ
ن
َ
م
ِملَ
َ
ع ا
ً
ِلح
ا
صَ
ْ
ٍ ِمن
ر
َ
ك
َ
ذ
ْ
و
َ
أ ى
َ
ث
ْ
ن
ُ
أ
َ
و
ُ
ه
َ
و
ِمن
ْ
ؤ
ُ
م
ُ
ه
َّ
ن
َ
ي
ِ
ي
ْ
ح
ُ
ن
َ
ل
َ
ف
ً
اة
َ
ي
َ
ح
ً
ة
َ
ب
ِ
ّ
ي
َ
ط
ْ
م
ُ
ه
َّ
ن
َ
ي
ِ
ز
ْ
ج
َ
ن
َ
ل
َ
و
ْ
م
ُ
ه
َ
ر
ْ
ج
َ
أ
ِ
ن
سَ
ْ
ح
َ
أ
ِ
ب ا
َ
م
وا
ُ
ان
َ
ك
َ
ون
ُ
ل
َ
م
ْ
ع
َ
ي
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik
dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS. An-Nahl: 97)