Listen

Description

Ravando Lie adalah sejarawan, peneliti buku yang memiliki ketertarikan pada sejarah etnis Tionghoa tentang: kesehatan, revolusi Indonesia, hingga olah raga. Putra pertama dari pasangan Lie Foek Min (Ayah) dan Then Ling Hung (Ibu) ini lahir di Jakarta, 3 Juni 1988.

Meskipun hanya lulus SD dan ekonomi pas-pasan, kedua orangtuanya berupaya memberikan pendidikan terbaik bagi Ravando dan adiknya. Ibunya sering membelikan buku komik dan legenda rakyat.

Saat masih SD, dia terkesima dengan guru-guru sejarah yang mengajar dengan menarik. Dari sinilah Ravando menemukan jalan hidupnya. Sayangnya orangtua tak mengijinkan. Untuk mewujudkan cita-citanya Ravando menempuh pendidikan formal lintas kota dan  benua.

Tahun 2011 menjadi tahun pemantapannya untuk menjadi sejarawan. Bersama rekannya, Susilo Hardjono, Ravando meraih juara ke-3 Lomba Penelitian Ilmiah Remaja yang diadakan oleh LIPI. Tahun 2014, Ravando mewujudkan salah satu mimpinya. Traveling solo yang dia lakukan bertujuan untuk menyaksikan langsung pertandingan sepak bola klub  favoritnya Bologna di Italia.

Impian lain yang terwujud adalah bertemu dengan penulis-penulis yang sebelumnya hanya dkenal lewat karya-karya mereka. Kesempatan ini dia peroleh saat  outing di KITLV, Belanda.

Karir pekerjaan Ravando membentang dari reporter majalah kampus hingga menjadi peneliti. Tulisan Ravando bertebaran di media massa dan jurnal ilmiah (nasional dan internasional).

Suami Evangeline Magdalena Hallatu dan ayah dari Genta Aksara Lie ini telah menghasilkan buku yang ditulis sendiri, laporan riset, dan buku yang ditulis bersama penulis lain. Berbagai seminar dalam dan luar negeri, Ravando terlibat sebagai peserta, panitia, atau pun pembicara.

Tiga buku yang dia tulis sendiri adalah Dr. Oen: Pejuang dan Pengayom Rakyat Kecil (2017), Puji Widhi Bhakti Pertiwi: 90 Tahun Rumah Sakit Panti Nirmala (Tiong Hwa Ie Sia), Sejarah, Peranan, dan Perjuangan (2019), dan Perang Melawan Influenza: Pandemi Flu Spanyol di Indonesia Masa Kolonial, 1918-1919 (2020).

Berbagai penghargaan menjadi ganjaran atas ketekunan dalam dia berkarya. Bagaimana buku terakhirnya sangat relevan dengan situasi Indonesia yang sedang mengalami pandemi? Lalu bagaimana proses kreatifnya dalam menuangkan sejarah agar kontekstual dengan situasi sekarang? Yuk kita ikuti Ngobrol Proses Kreatif Penulis Penerbit Buku Kompas.