Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang sangat berlimpah. Sayangya, kondisi keanekaragaman hayati di Indonesia semakin menurun. Terlihat dari pembabatan hutan mangrove, perdagangan satwa illegal, hingga eksploitasi alam berlebihan. Merespon hal ini, pada tahun 2009, Presiden Republik Indonesia yang keenam, Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan tanggal 10 Agustus sebagai “Hari Konsevasi Alam Nasional”. Dengan diperingatinya setiap tahun diharapkan semua lini masyarakat semakin peduli terhadap pentingnya menjaga lingkungan dan alam yang dapat diwujudkan dalam aksi nyata dalam kegiatan sehari-hari.
Oleh karena itu, divisi Konservasi dan Mitigasi Bencana BEM Undip 2021 ingin melakukan aksi nyata dengan menyuarakan pentingnya peran pemuda dalam konservasi untuk keberlangsungan alam untuk masa yang akan datang Mangrove merupakan salah satu ekosistem penting dalam menunjang kelestarian lingkungan. Tanaman mangrove saat ini masih banyak yang dipandang sebelah mata terkait keberadaanya dan belum banyak yang mengetahui kekayaan yang bisa diperoleh dari tanaman mangrove.
Hutan mangrove juga disebut sebagai ekosistem karbon biru. ‘Karbon biru’ merujuk pada karbon yang diserap dan disimpan di dalam laut dan ekosistem pesisir. Disebut ‘biru’ karena terbentuk di bawah air. Dalam hal ini termasuk pula karbon pesisir yang tersimpan dalam lahan basah pasang surut, seperti hutan pasang surut, dan mangrove. Hutan mangrove merupakan ekosistem kaya-karbon yang mampu menyimpan tiga kali lebih banyak karbon per hektar dibanding hutan terestrial. Bila dilindungi dan direstorasi, dan materi organik terkunci dalam tanahnya, mangrove dan lahan basah sebagi penyerap karbon yang efektif, menawarkan potensi besar dalam mitigasi perubahan iklim