Listen

Description

Gembala Menyapa
13 Oktober 2022

JANGAN LUPA BERSYUKUR & BERTERIMA KASIH!!!
LUKAS 17:11-19

Hakikat ungkapan terima kasih bersifat universal. Setiap budaya, adat, filsafat, agama dan teologi selalu mengajar kepada setiap orang untuk berterima-kasih saat mereka memperoleh sesuatu. Dengan demikian seharusnya ucapan terima-kasih telah mendarah-daging dalam kehidupan umat manusia. Namun dalam praktek hidup ternyata tidaklah demikian. Kita sering menghadapi kendala untuk menyampaikan terima kasih dengan tulus kepada seseorang yang telah membantu dan memberikan sesuatu. Kendala tersebut disebabkan karena kita menganggap bahwa apa yang dilakukan atau diberikan seseorang kepada kita sebagai sesuatu yang seharusnya. Kita sering merasa bahwa kita layak untuk memperoleh sesuatu atau bantuan tertentu dari orang lain.

Di lain pihak, seseorang yang sejak masih kanak-kanak sampai dewasa mengalami perjuangan hidup yang sangat berat, dia beberapa kali telah mengalami bantuan dan pertolongan dari sesama di luar dugaannya. Dia juga mengingat bagaimana di saat yang sulit dan kritis, tiba-tiba dia memperoleh bantuan sehingga mampu keluar dengan selamat. Pengalaman hidup yang demikian telah mengajar dia untuk selalu mampu menghargai dan mengucapkan terima kasih kepada orang-orang di sekelilingnya.

Tipe orang yang pertama adalah menghayati hidup secara konsumtif, dan tipe orang yang kedua adalah menghayati hidup secara produktif. Tipe konsumtif adalah sikap yang menghayati bahwa realitas kehidupan sebagai sesuatu yang ditujukan untuk melayani kepentingan dirinya. Sedang tipe produktif adalah sikap yang menghayati bahwa realitas kehidupan harus diolah dan diperjuangkan bersama dengan sesama.

Injil Lukas menyaksikan bagaimana saat Tuhan Yesus dalam perjalananNya ke Yerusalem, Dia didatangi oleh sepuluh orang kusta yang berseru: “Yesus, Guru, kasihanilah kami” (Luk. 17:13). Sebagai orang-orang yang berpenyakit kusta pada zaman itu, maka kesepuluh orang kusta tersebut tidak diperkenankan untuk mendekat kepada orang-orang yang sehat. Hukum Taurat menyatakan bahwa seseorang yang terkena penyakit kusta akan dinyatakan sebagai najis: “Imam haruslah memeriksa penyakit pada kulit itu, dan kalau bulu di tempat penyakit itu sudah berubah menjadi putih, dan penyakit itu kelihatan lebih dalam dari kulit, maka itu penyakit kusta; kalau imam melihat hal itu, haruslah ia menyatakan orang itu najis” (Im. 13:3). Padahal kondisi najis dianggap dapat menular kepada orang lain yang menyentuhnya.

Respon Tuhan Yesus terhadap permohonan kesepuluh orang kusta tersebut adalah: “Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam” (Luk. 17:14). Ternyata saat mereka di perjalanan menuju ke tempat imam, kesepuluh orang kusta tersebut menyadari bahwa mereka telah sembuh. Tampaknya kesepuluh orang kusta tersebut mengalami kesembuhan saat Tuhan Yesus berkata: “Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam”. Mereka baru menyadari pemulihan dari penyakit kusta setelah mereka berjalan beberapa saat. Walaupun Tuhan Yesus tidak menyentuh tubuh kesepuluh orang kusta tersebut, firmanNya mampu memulihkan. Karena itu penyembuhan kesepuluh orang kusta tersebut memperlihatkan kuasa mukjizat dari Kristus. SabdaNya berkuasa dan mampu menjadikan apa yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Kesepuluh orang kusta tersebut tidak jadi meneruskan perjalanan ke rumah imam untuk membuktikan bahwa mereka telah tahir dari sakit kusta. Mereka mengetahui dengan persis bahwa mereka kini telah sembuh setelah berjumpa dan percaya kepada perkataan Tuhan Yesus. Namun salah seorang dari kesepuluh orang kusta tersebut segera kembali menemui Tuhan Yesus untuk mengucap syukur atas pertolonganNya. Luk. 17:15-16 menyaksikan: “Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria”. Salah seorang dari kesepuluh orang sakit kusta tersebut mengungkapkan rasa syu