Listen

Description

Gembala Menyapa

15 Maret 2023

JEHOVA JIREH

Keluaran 16:9-21

Tidak sampai 50% dari jumlah siswa/i di Indonesia yang setelah lulus SMA/K/sederajat dapat mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Dengan keadaan seperti ini, pemerintah mencanangkan program khusus dengan menerbitkan KIP (Kartu Indonesia Pintar) bagi penduduk yang memiliki putra atau putri yang ingin menguliahkan anak-anaknya, tetapi terhalang pendanaan. Di perguruan tinggi sendiri juga memiliki program bidik misi, sebuah program yang bertujuan mewujudkan mimpi keluarga yang ingin menyekolahkan putra-putri mereka di perguruan tinggi, tetapi terhalang oleh kondisi perekonomian yang tidak mendukung.

Setelah tiga puluh hari keluar dari tanah Mesir, kondisi bangsa Israel tidak menggambarkan kondisi yang lebih baik seperti yang mereka bayangkan. Bahkan mereka semakin dekat dengan kelaparan dan kehausan, karena kehabisan bekal. Perjalananan mereka di padang gurun selama berminggu-minggu telah membuat mereka menderita. Dalam keadaan seperti itu, Allah tidak meninggalkan umat-Nya, Dia menjawab kekuatiran umat Isarel dengan memberi mereka Roti dari Sorga, yakni Manna. Jehova Jireh, disini Allah menyediakan. Roti inilah yang menanggulangi rasa kuatir umat Israel akan bencana kelaparan. Tuhan Allah memberi Manna tidak dengan maksud hanya untuk memberi pasokan makanan saja, tetapi Tuhan juga mengajar umat Israel dengan peraturan dan tata cara agar mereka bisa hidup dalam ketaatan, kecukupan, dan tidak menjadi orang-orang yang serakah.

Tuhan Allah menyediakan setiap hal yang kita butuhkan dalam hidup kita. Kita tinggal percaya dan meminta kepada-Nya. Sebenarnya Allah sudah berulangkali membebaskan kita dari tawanan tanah “Mesir”, yaitu zona nyaman kita! Tidak cukup di sana, Allah bahkan menyediakan roti “Manna”, yaitu berkat-Nya bagi kita. Namun, apakah selama ini kita menyadarinya? Kadangkala kita tidak merasakan berkat-Nya dan apa yang sudah diperbuat oleh Allah. Yang ada, seringkali kita menggerutu dan merasa kurang. Jikalau kehidupan kita sekarang ‘sedang dalam proses perjalanan’, maka sebenarnya kondisi hidup kita tidaklah terlalu jauh berbeda dengan pengembaraan umat Israel di padang gurun. Marilah kita melangkah mengikuti kehendak Allah yang mengetahui secara pasti keadaan kita dan jalan di depan yang akan kita tempuh. Kita tinggal percaya kepada-Nya dalam perjalanan hidup kita itu.