GEMBALA MENYAPA
Minggu, 20 November 2022
KASIH ITU BERARTI SIMPATI DAN EMPATI
Bacaan: Roma 12:15
“Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita dan menangislah dengan orang yang menangis”
Jemaat yang dikasihi dan mengasihi Tuhan.
Dalam bahasa Indonesia dijumpai istilah simpati dan empati. Menurut KBBI simpati dapat diartikan sebagai rasa kasih, rasa suka, juga sikap hati yang ikut serta merasakan apa yang sedang menjadi perasaan orang lain. Sedangkan yang dimaksud dengan empati yaitu suasana mental, perasaan atau sikap hati yang membuat seseorang mengidentifikasikan dirinya, membuat dirinya memupunyai perasaan hati atau pikiran seperti orang lain atau kelompok lain miliki.
Berdasarkan rumusan tersebut, simpati dan empati ada perbedaannya tetapi keduanya juga ada kesamaannya. Ketika simpati diartikan sebagai sikap hati seseorang yang ikut serta merasakan apa yang sedang menjadi perasaan orang lain, dan ketika empati diartikan sebagai suasana mental, perasaan hati seseorang di mana orang itu dapat mengidentifikasikan dirinya, membuat dirinya mempunyai perasaan atau pikiran yang sama seperti yang dimiliki orang lain atau kelompok lain, ada kesamaan antara simpati dan empati tersebut.
Dalam Roma 12: 15 rasul Paulus mengajarkan dan mengajak jemaat Roma agar jangan mementingkan perasaan mereka sendiri yang membuat mereka abai, lupa, tanpa perhatian dan kepedulian kepada orang lain atas apa yang sedang dirasakan oleh orang lain atau sesamanya. Rasul Paulus mengi-ngatkan:”Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita dan menangislah dengan orang yang menangis”.
Maksudnya yaitu agar dengan dasar kasih jemaat Roma sebagai umat Tuhan ikut bersukacita ketika adasesamanya sedang bersukacita dan ikut bersedih (menangis) ketika ada sesamanya yang sedang bersedih (menangis). Tentu saja bukan dalam arti harafiah leterleg, menangis ya betul betul menangis, bersukacita ya betul-betul bersukacita bahkan berlebihan dan kelewat batas,
Adalah tanpa simpati dan empati ketika orang Kisten diundang dalam helatan atau sukacita orang lain mengatakan :”aku tidak akan datang, paling-paling hanya makan dan perta-pesta” atau “aku tidak akan datang ke acara itu karena kalau harus datang dan menyumbang atau memberikan tali asih, itu sama saja dengan nguyahi segara/menggarami lautan” dan sebagainya.
Adalah tanpa simpati dan empati ketika orang Kristen mendengar dan mengetahui sesama warga gereja atau warga masyarakat sedang berduka karena anggota keluarganya meninggal dipanggil Tuhan, sengaja tidak hadir dan bahkan berkata “yang melayat sudah banyak”, “besuk kalau saya mati belum tentu anggota keluarga mereka juga melayat”.
Mereka yang demikian bukanlah orang yang mempraktekkan kasih dengan benar dan sungguh-sungguh, bukan teramasuk orang yang “bersukacita dengan orang yang bersukacita, serta menangis dengan orang yang menangis”, Sikap yang demikian merupakan sikap yang tidak panta, tidak terpuji dan harus dijauhkan dari kehidupannya sebagai umat Tuhan. Jangan-jangan orang yang seperti itu filosofi dan pahamnya yaitu “Seneng nek wong liya ora seneng, ora seneng nek wong liya seneng” (Senang kalau orang lain tidak senang dan tidak senang kalau orang lain senang”). Filosofi yang tidak berisi kasih kepada sesame.
Mari “Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita dan menangislah dengan orang yang menangis” kita jadikan warna kehidupan kita umatNya dalam kehidupan bergereja, bermasayarakat, berbangsa bernegara agar dengan demikian kita dapat sungguh-sungguh menjadi pembawa terang dan damai sejahtera dalam kehidupan bersama di dunia ini.
Tuhan memberkati kita sejemaat. Amin
[PR]