GEMBALA MENYAPA
Minggu, 16 Oktober 2022
KASIH ITU OPTIMISTIS
Bacaan: Roma 12:12a
“Bersukacitalah dalam pengharapan”
Jemaat yang dikasihi dan mengashi Tuhan
Berdasarkan sabda dalam Roma 12: 12a : “Bersukacitalah dalam peng-harapan”, kita akan merenungkan firman Tuhan dengan tema :”Kasih itu optimistis”
Yang dimaksud dengan “optimistis” yaitu sikap hidup dan suasana hati yang penuh harapan ketika menghadapi tantangan, derita dan beban hidup lainnya, baik itu yang terjadi dalam kehidupan pribadi, keluarga, jemaat mau-pun masyarakat dan sebagainya.
Dengan Roma 12:12a jemaat Roma dan semua orang percaya diingatkan jangan mudah berduka, bersedih, kecewa, putus asa, mudah kehilangan pengharapan apabila menghadapi dan mengalami hal-hal seperti disebutkan di atas. Orang percaya harus menghadapinya dengan optimistis, penuh harapan, betapun be-ratnya tantangan, derita dan berbagai beban hidup tersebut, antara lain dengan menyadari bahwa:
1. Tantangan, derita dan beban hidup lainnya tersebut masih dapat terjadi dan dialami di dunia ini. Di dunia ini jemaat Tuhan belum menjadi “jemaat yang sudah menang” (secara total) tetapi masih menjadi “jemaat yang harus berjuang”.
2. Tuhan pasti tidak akan memberikan tantangan, derita dan beban hidup lainnya tersebut termasuk cobaan yang melebihi kekuatan kita.
3. Ada penghiburan dan penguatan dari Tuhan melalui Amsal 17: 22 bahwa orang percaya hendaknya menghadapinya tantangan, derita dan beban hidup lainnya terserbut dengan hati yang gembira, karena hati yang gembira adalah obat yang manjur.
Kalau orang percaya memiliki kasih di dalam hidupnya yaitu kasih kepada Tuhan dan kasih kepada sesama maka hidup dalam pengharapan atau hidup yang optimis pasti akan terjadi.
Dengan kasih kepada Tuhan, berarti orang memiliki iman dan kepercayaan kepada Tuhan. Dengan iman dan kepercayaan kepada Tuhan maka mestinya orang akan hidup dalam ketaatan kepada perintah dan ajaran Tuhan. Dengan hidup dalam ketaatan kepada Tuhan, khususnya dengan hal-hal seperti yang antara lain disebutkan di atas (nomor 1-3 tersebut), maka orang pasti akan optimistis, tidak mudah berduka, bersedih, kecewa, putus asa, tidak mudah kehilangan pengharapan, apabila suatu saat harus menghadapi tantangan, derita dan beban hidup lainnya terserbut. Itulah kasih yang optimistis.
Dengan kasih kepada sesama maka kehidupan orang percaya pasti juga akan hidup dalam pengharapan. Sebagai contoh sederhana, kalau suatu saat anaknya yang masih kecil tiba-tiba sakit, ketika suami pulang dari kerja maka dengan kasih pasti tidak akan serta merta memarahi isteri dengan misalnya mengatakan: ”Ngurus anak saja tidak becus, kamu apakan anak kita, lain kali yang hati-hati” dan sebagainya. Kalau betul betul ada kasih di antara mereka berdua pasti tidak akan ada sikap saling menyalahkan. Dengan sabar, dan kata-kata yang me-ngenakkan mestinya suami isteri itu sadar bahwa yang penting mencari solusi atau jalan keluar yang sebaik-baiknya. Akan lebih baik kalau dengan dasar kasih suami itu misalnya berkata “Wow sakit apa, ayo segera ke rumah sakit di-obatkan ke dokter agar cepat sembuh”. Itulah sikap yang dapat disebut “dalam pengharapan”, sikap yang optimistis. Demikian juga dalam menghadapi segala macam tantangan, derita dan beban hidup lainnya.
“Kasih itu optimistis”. Marilah kita berusaha untuk mewujudkan hal itu dalam kehidupan kita sehari-hari.
Tuhan memberkati kita sejemaat. Amin
[PR]