Gembala Menyapa
2 Maret 2023
LAWANLAH GODAAN
Matius 4:1-11
Dalam hidup ini, kita akan selalu digoda oleh beragam godaan. Godaan dosa bisa menyerang siapapun, baik tua maupun muda, orang sehat maupun sakit, kaya maupun miskin. Dalam diri kita mungkin tidak ingin jatuh dalam godaan, tetapi akhirnya kita mendapati diri kita jatuh dalam jeratan goda, dimana hati kita tak kuasa menolaknya, dan lagi-lagi kita jatuh dalam dosa.
Bacaan kita mengisahkan Yesus yang digoda dan dicobai oleh Iblis. Cobaan pertama berkaitan dengan urusan perut, yaitu makanan. Setelah 40 hari 40 malam berpuasa, pasti Yesus merasa lapar yang sangat hebat. Pencobaan ini bertujuan untuk menangani soal lapar dengan menggunakan ke-Ilahian Tuhan. Tetapi Tuhan Yesus tidak mau menggunakan ke-Ilahian-Nya dan Ia tetap percaya bahwa Bapa akan memelihara-Nya. Karena bagi Yesus, manusia tak hanya makan roti saja, tetapi Firman Allah yang hidup, yang menyegarkan, dan yang mengenyangkan jiwa. Pencobaan pertama mencobai Yesus, supaya tidak percaya kepada Bapa-Nya.
Cobaan kedua berkaitan dengan ego. Meloncat saja dari bubungan Bait Allah, ini mengindikasikan, supaya Yesus mendengarkan perkataan Iblis dengan cara sepenuhnya percaya kepada Bapa. Ah itu serasa seperti ketika ada gempa bumi, tetapi dia tidak mau berlari keluar menyelamatkan diri, karena sepenuhnya percaya kepada Allah yang pasti akan menolong dirinya. Ada ujian sekolah, tetapi tidak mau belajar sama sekali karena terlalu percaya kepada Allah. Ya ini yang disebut mencobai Tuhan Allah.
Cobaan ketiga berkaitan dengan mempercayakan hidup. Ketika Yesus dibawa ke puncak gunung dan diperlihatkan kemewahan duniawi, Dia yang lebih berkuasa dari Iblis berkata, “Enyahlah Iblis, engkau harus menyembah Tuhan Allahmu, dan kepada-Nya saja engkau berbakti.” Bagi Tuhan Yesus, kemelekatan hati adalah hanya dengan Bapa saja, tidak dengan yang lain, misal harta atau kuasa. Karena itu, kita tidak bisa mempercayakan hidup kita pada sesuatu yang bersifat fana atau sementara. Jika mempercayakan pada hal-hal yang sifatnya duniawi, maka jiwa kita akan merana, jiwa kita akan mati. Oleh karena itu, sebagai orang percaya, kemelekatan hati kita adalah dengan Sang Pencipta, itulah hal yang utama. Mari kita mempercayakan hidup kita sepenuhnya pada kuasa-Nya.