Listen

Description

Gembala Menyapa

28 Maret 2023

SUPERIORITY COMPLEX

Yesaya 59:9-19

Superiority complex pertama kali dideskripsikan oleh psikolog bernama Alfred Adler pada awal abad ke-21. Superiority complex adalah perilaku seseorang, dimana ia percaya bahwa ia lebih baik dan hebat daripada orang lain. Orang-orang dengan sifat ini sering memiliki opini berlebih mengenai diri dan juga kerap melontarkan pengakuan diri yang sarat arogansi, namun tidak sesuai dengan kenyataan. Mereka memiliki penghargaan akan diri yang berlebihan, serta enggan mendengarkan apa yang orang lain katakan, meskipun itu demi kebaikan mereka.

Bacaan kita pada hari ini, berkisah tentang akibat yang ditanggung oleh bangsa Israel karena perilaku superiority complex yang mereka miliki. Bangsa Israel meyakini bila mereka adalah bangsa terpilih, bangsa yang dikasihi Tuhan melebihi bangsa-bangsa lain. Mereka merasa sebagai bangsa yang paling unggul dan istimewa. Keyakinan ini ternyata justru menjebak mereka dalam sikap sombong disertai tindakan yang sembrono, bahkan mereka mengabaikan apa yang diserukan oleh Nabi Yesaya terkait pertobatan. Keyakinan mereka tentang keunggulan diri itu, justru membawa mereka jauh dari Tuhan, bahkan menuai penderitaan. Superioritas diri bangsa Israel membuat mereka jatuh dalam kesengsaraan, namun superioritas kasih Tuhan terhadap ciptaan-Nya telah disiapkan untuk menyelamatkan.

Belajar dari kisah bangsa Israel ini, marilah kita memeriksa diri dan hati kita secara rutin. Apakah kita masih menjumpai keyakinan maupun pemikiran yang mengandung superiority complex di sana? Kiranya, kita selalu meneladan Tuhan di dalam kelimpahan kasih-Nya. Yang superior atau unggul, yang berlebih, yang istimewa, yang utama, seharusnya bukanlah cara kita memandang diri sendiri, melainkan cara kita menghayati dan mengamalkan kasih Tuhan, yang kita terima di dalam kehidupan. Selamat memeriksa diri dan menghayati betapa superior atau unggulnya kasih Tuhan yang merahmati kita.