Aminah terpaksa ke Jakarta dan kuliah di jurusan ekonomi, sesuai keinginan ibu dan Bulik Ulina. Padahal Aminah ingin menjadi pemain sinetron atau foto model. Ia merasa tak bisa menolak keinginan orang tua dan buliknya. Di rumah Bulik Ulina yang super kaya, Aminah merasa kesepian. Ia lebih banyak ditemani pembantu. Ia lebih suka tinggal di kampung seperti adik-adiknya, dan berjualan ayam di pasar. Di Jakarta Aminah tak punya teman. Jalan Jakarta pun membuatnya tersesat. Bahkan 3 bulan di sana, paklik dan buliknya itu masih terasa orang asing. Tak banyak pembicaraan akrab, selain soal kuliah dan les bahasa Inggris. Semua itu membuat Ulina ingin menyerah dan pulang kampung. Hingga suatu ketika, pesawat Bulik Ulina kecelakaan di luar negeri dan Aminah diminta pakliknya untuk merawat buliknya itu ke sebuah negara bersalju. Aminah tidak tahu, kenapa bukan paklik dan 2 anaknya? Selama masa sakit itu, Aminah justru bisa 'bicara' panjang lebar dengan Bulik Ulina. Mengenal kisah mendalamnya, bahwa buliknya itu sebenarnya punya 2 anak lagi yang dititipkan pada saudaranya. Belajar dari 'pembicaraan' dengan buliknya itu, serta dengan si sulung anak bulik Ulina yang sudah meninggal, Aminah seakan mendapatkan semangat untuk menjalani hidup ke depan di Jakarta dan berjuang mewujudkan keinginannya. Penulis: Ratna Indraswari Ibrahim. Narator: A Elwiq PR. Audio: Menel Pradana.