Tamun tak pernah berniat menjual ladang tebunya. Baginya, lahan seluas hampir 1 hektar itu adalah satu-satunya hartanya sebagai petani. Namun belakangan, orang-orang mulai mengancam dan memaksa agar Tamun menjual lahannya. Ancamannya mulai dari anak Tamun dibunuh, genting rumah dilempar batu, hingga tanamannya dibabat habis orang tak dikenal. Tamun sempat melaporkan tindakan itu ke Pak Lurah. Namun esok harinya, justru Tamun disarankan untuk menjual tanahnya. Hingga suatu ketika, saat Tamun di ladang, api mulai menjalar di antara daun-daun tebu yang kering. Tamun bergerak kiri dan kanan menghindari api. Seperti menari-nari di antara api. Penulis: Iman Suwongso. Narator: Simon Cahyanto. Audio: Menel Pradana.