Listen

Description

“Tajuk Rasil”

Senin, 12 Shafar 1445 H/ 28 Agustus 2023

Ibaad ar-Rahman (bagian 4)

Oleh: Imam Shamsi Ali

Ketika Allah mengaitkan kata “ibaad” dengan sifat mulia-Nya yang “Maha Rahman”, sesungguhnya tanpa kita sadari Allah mengingatkan bahwa hamba-hamba-Nya itu memiliki karakter tersebut. Yaitu karakter kasih sayang yang menjadi “jantung” ajaran Islam.

Dalam sebuah haditsnya Rasulullah ﷺ mengingatkan umat ini untuk mencontoh akhlak Allah. Berakhlaklah kalian dengan akhlak Allah. Tentu pada kapasitas kita sebagai makkhluk (manusia). Semua sifat-sifat Allah itu mulia. Karenanya kita sebagai hamba-hambaNya harus berusaha terus untuk mencontoh sifat-sifat mulia itu.

Bedanya tentu ada pada perbedaan tabiat yang mendasar antara sang Khaliq dan makhluk. Sifat-sifat Allah pastinya tidak memiliki keterbatasan karena tabiat Allah SWT yang tiada batas. Sedangkan sifat-sifat makhluk (manusia) terbatasi oleh keterbatasannya.

Salah satu karakter terpenting yang harus ditauladani dari Allah adalah bersifat kasih sayang (arrahmah). Ibaad ar-Rahman (Hamba-hamba Yang Rahman) diharapkan memiliki karakter rahmah itu. Bahkan inilah sesungguhnya inti atau jantung ajaran Islam: “dan tidaklah Kami (Allah) mengutusmu wahai Muhammad kecuali sebagai rahmah bagi seluruh alam”.

Rasulullah ﷺ sendiri sebagai personifikasi dari karakter kasih sayang itu telah membuktikan dan mencontohkan kepada para sahabat dan umatnya. Bahkan pada hal-hal yang bersifat personal beliau mengekspresikan itu sebagai bagian dari kasih sayangnya. Ketika Ibrahim, anak laki satu-satunya, meninggal dunia beliau sangat sedih dan menangis. Sebagian sahabat terheran-heran. Sebab beliau adalah ornag yang paling sabar dan kuat menghadapi cobaan. Tapi Kenapa beliau menangis karena kematian anaknya? Beliau merespon: “arrahmah, arrahmah!”......