Listen

Description

“Tajuk Rasil”

Rabu, 25 Sya’ban 1445 H/ 6 Maret 2024

Kepemimpinan Burhanuddin Harahap

Banyak yang berpendapat bahwa Pemilu 1995, menjadi pemilu paling adil, bersih, dan demokratis sepanjang sejarah Indonesia. Pemilu yang hanya memiliki persiapan selama 4 bulan tersebut, menjadi sebuah catatan biru akan tokoh utama yang berada dibaliknya. Ya, itulah Perdana Menteri Burhanudin Harahap. Yang terkenal dengan gaya kepemimpinannya yang sangat progresif.

Dalam dialog spesial Topik Berita Rasil edisi Senin lalu, Nuim Khaiyat sempat menyinggung nama Burhanudin Harahap, Perdana Menteri ke-9 Indonesia ini. Lahir di Medan pada 12 Februari 1917, Burhanuddin berasal dari keluarga Batak dan ayahnya merupakan pegawai pemerintah kolonial. Ia pindah ke pulau Jawa untuk melanjutkan studi, dan mulai aktif dalam pergerakan nasional sebelum berkuliah di Sekolah Tinggi Hukum Batavia meskipun tidak selesai karena mulainya pendudukan Jepang. Setelah Indonesia merdeka, Burhanuddin menjadi anggota Masyumi dan mulai aktif berpolitik.

Beliau termasuk pimpinan Masyumi yang menorehkan prestasi gemilang dalam kancah kepartaian, maupun kancah nasional. Sehingga kesuksesannya sebagai Perdana Menteri Indonesia beriringan dengan 2 Perdana Menteri lain yang berasal dari rahim Masyumi (M.Natsir, dan Sjafrudin Prawiranegara). Walaupun Masyumi sendiri juga banyak disokong oleh ulama besar seperti K.H. Hasyim Asy’ari, Buya Hamka, hingga Wahid Hasyim. Dan juga didukung oleh birokrat ulung seperti Muhammad Roem, Muhammad Isa Anshari, Kasman Sangodimedjo, hingga Prawoto Mangkusasmito. Sehingga sosok Burhanudin Harahap pun, tidak terlepas dari kontribusi para intelektual dan ulama yang bekerja dalam sebuah tim.

Banyak pemimpin ulung yang lahir dari tubuh Masyumi. Ya, Masyumi saat itu menjadi simbol perjuangan umat muslim Indonesia, karena merepresentasikan banyak pergerakan Islam. Tapi dari sekian banyak pemimpin yang lahir, Burhanudin Harahap adalah salah satu dari yang terbaik. Hal tersebut bisa terlihat dari kesuksesan pemilu 1995, yang dipimpin langsung oleh dirinya. Tahun itu Masyumi mendapatkan 7,9 juta suara (20,9%), sehingga mendapat 57 kursi diparlemen. Angka ini hanya berbeda tipis dengan perolehan PNI (22,3%), yang menduduki peringkat ke-1 perolehan partai pemilu. Pemilu saat itu menjadi alat ukur kesuksesan sebuah negara demokratis, karena memang pemilu adalah salah satu sarana paling mendasar dari sebuah negara demokratis. Dan saat itu Indonesia sukses melaksanakannya........