Listen

Description

“Tajuk Rasil”

Jumat, 9 Shafar 1445 H/ 25 Agustus 2023

Kriteria Calon Pemimpin Indonesia

Oleh: KH Hasyim Muzadi (1943-2017), Disadur dari Harian Republika edisi 15 Desember 2013

Dapatkah kita memagari para calon pemimpin nasional? Mungkinkah membuatkan kualifikasi tertentu untuk seseorang yang akan kita serahkan kepadanya amanah memimpin bangsa ke depan? Jawabannya, wajib. Mengapa wajib? Karena, kita harus menemukan calon pemimpin yang tepat untuk urusan yang tidak mudah. Mengurusi bukan dalam artian membuat kurus, persoalan demikian berat yang melilit bangsa sejak beberapa dekade terakhir, bukan perkara mudah dan bukan urusan main-main.

Mendapat amanah yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak, meniscayakan munculnya figuritas yang lengkap agar urusan diemban dapat ditunaikan secara lengkap pula. Maka, pertama, seorang pemimpin harus melengkapi dirinya dengan sifat dan sikap jujur. Kejujuran adalah sifat yang derajatnya amat agung, berada hanya satu maqam di bawah kenabian. Dalam beberapa ayat, Allah SWT menempatkan as-Shiddiqin di bawah an-Nabiyin. Misalnya, "minan nabiyin wa shiddiqin".

Ada empat, paling kurang, sifat-sifat mulia yang melekat pada diri seorang rasul. Satu di antara yang empat adalah shiddiq alias jujur. Maka, seorang pemimpin sejatinya merupakan ahli waris kepemimpinan para nabi dan rasul ketika mereka menerima amanah dan tanggung jawab atas kehidupan umat manusia. Sungguh merugi jika diberi kesempatan menentukan masa depan bangsa dalam urusan mencari calon pemimpin, tetapi abai hanya karena iming-iming janji tertentu. Kriteria utama haruslah jujur.

Sangat boleh jadi di antara para pemimpin kita ada yang berjuang untuk tetap berada dalam bingkai kejujuran. Tetapi, demikian Sahl bin Abdullah, “Awal pengkhianatan orang-orang jujur adalah munculnya keraguan dengan dirinya.” Sifat ragu adalah penyakit yang mendera begitu banyak pemimpin, terutama ketika ada urusan yang tersangkut paut dengan diri, keluarga, kelompok, kepentingan, dan ambisi-ambisinya yang terselubung. Pemimpin yang jujur adalah pemimpin yang terhindar dari sifat ragu demi kemaslahatan umat.

Kriteria kedua, seorang pemimpin dan calon pemimpin harus melengkapi dirinya dengan sifat mujahadah alias pekerja keras. Ia haruslah seorang mujahid sejati di tengah-tengah bangsanya. Sampai sejauh ini, kita tengah berada dalam kegamangan yang akut karena tak terhitungnya persoalan yang mendera bangsa Indonesia. Begitu berat dan banyaknya pekerjaan yang harus segera diselesaikan. Tanpa mujahadah dan kerja keras, seorang pemimpin hanya akan menambah panjangnya deretan masalah yang akan terus menumpuk. Seorang pemimpin haruslah yang siap berkorban, memberikan segalanya, mewakafkan diri, dan seluruh kepentingan dirinya hanya untuk kebaikan umat. Selama ini, kita hanya disodorkan para pemimpin yang sangat jauh dari kualifikasi ‘sempurna’.

Manusia yang jujur dan penuh mujahadah hanya berjanji kepada Tuhan, bukan kepada sesama manusia. Para pemimpin adalah mereka yang sudah selesai dengan dirinya sendiri. Selesai dengan keinginan-keinginannya, selesai dengan harapan-harapannya, selesai dengan terutama ambisi-ambisinya. Pemimpin yang penuh mujahadah dijanjikan untuk memperoleh kesempatan musyahadah. Musyahadah bermakna janji persaksian antara seorang hamba dan Tuhannya. Adakah kenikmatan, ganjaran, dan imbalan sebaik persaksian dan pertemuan antara kekasih dan kekasihnya? Tak ada. Maka, pemimpin adalah sekelompok orang yang jumlahnya sedikit, namun memperoleh kesempatan lebih banyak untuk mendapatkan karunia musyahadah dibanding kelompok manusia lainnya....................