Listen

Description

Suatu malam, Umar bin Abdul Aziz membaca Al-Quran. Tatkala sampai pada ayat 61 pada surah Yunus, bacaannya terhenti. Ayat tersebut menjelaskan mengenai firman Allah kepada Nabi Muhammad ﷺ bahwa tak ada satu urusan pun yang sedang beliau hadapi, bacaan Alquran dan segala perbuatan, juga umatnya, kecuali Allah menjadi saksi dan Pengawasnya. Tak ada satu pun yang luput dari pengetahuan Allah. Umar bin Abdul Aziz pun menangis tersedu-sedu dan menggemparkan seisi rumah.

Fatimah binti Abdul-Malik, istrinya, yang menyaksikan peristiwa itu pun duduk bersimpuh dan tak kuasa menahan tangis. Seluruh penghuni rumah juga turut menangis, larut dengan tangisan suami-istri itu. Sang putra, Abdul Malik, memberanikan diri bertanya, “Apa yang menyebabkan Ayahanda menangis?” “Kebaikan, wahai putraku,” jawab Umar. “Ayahandamu ini ingin tak mengenal dunia, dan dunia pun tak mengenaliku. Demi Allah, wahai putraku, aku takut bakal binasa. Demi Allah, aku khawatir akan menjadi ahli neraka.”

Ini bukan kali pertama Umar bin Abdul Aziz menangis. Banyak kisah yang menceritakan Umar bin Abdul Aziz senantiasa meneteskan air mata lantaran kepekaannya terhadap sari pesan dalam Al-Quran. Umar juga tak kuat membendung air mata ketika membaca ayat 13 pada surah al-Furqan. Ayat ini menerangkan tentang pedihnya azab neraka. Saking dahsyatnya, penghuni neraka lebih mengharapkan binasa ketimbang menjalani siksa terus menerus dengan tangan terbelenggu. Umar menangis hingga terisak-isak, bangkit dari duduk, masuk rumah, lalu menyendiri dari siapa saja untuk beberapa saat.

Apa yang dilakukan Umar bin Abdul Aziz sejatinya menunjukkan bahwa ia tak hanya sedang membaca huruf-huruf, melainkan menyerap pelajaran-pelajaran berharga dari ayat suci. Al-Quran sendiri berpesan: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Quran ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: ayat 24). Diriwayatkan dari Ibnu Abdul Barr, Sayyidina Ali mengatakan, “Ingatlah, tak ada kebaikan dalam ibadah yang tanpa disertai pemahaman agama. Begitu pula dengan pengetahuan yang tanpa disertai analisis. Juga membaca Alquran yang tanpa disertai perenungan mendalam.”