Listen

Description

“Tajuk Rasil”

Jumat, 6 Sya’ban 1445 H/ 16 Februari 2024

Menelan Pil Pahit Demokrasi, Pemilu Curang dan Pemimpin Korup

Oleh: Isa Ansori, Kolumnis dan Akademisi

Demokrasi bagaikan sebuah pohon rindang yang menaungi rakyat. Akarnya adalah konstitusi, batangnya adalah pemilu, dan rantingnya adalah pemimpin yang dipilih rakyat. Namun, apa jadinya jika pohon demokrasi ini dirusak oleh praktik curang dan kotor dalam proses pemilu? Pemilu yang diwarnai dengan manipulasi suara, penyuapan, dan intimidasi, akan menghasilkan pemimpin yang berpotensi melanggar etika dan aturan hukum. Pemimpin yang lahir dari kecurangan ini akan lebih mementingkan keuntungan pribadi dan kelompoknya daripada kesejahteraan rakyat.

Ibarat menelan pil pahit, rakyat dipaksa untuk menerima pemimpin yang tidak memiliki integritas dan moralitas. Kepercayaan rakyat terhadap demokrasi pun terkikis, digantikan oleh rasa frustrasi dan kekecewaan. Pemilu yang curang dan pemimpin yang korup adalah racun bagi demokrasi. Kita harus bersama-sama menjaga demokrasi dengan memastikan pemilu yang bersih dan jujur, dan memilih pemimpin yang berintegritas dan moralitas tinggi.

Fakta dilapangan menunjukkan pelaksanaan pilpres 2024 banyak praktek – praktek kotor dalam proses pemilu sebagai jalan mulia demokrasi. Misalnya dibeberapa daerah yang digambarkan dalam video – video yang beredar, kertas suara dicoblos oleh petugas dan diarahkan pada salah satu paslon yang memiliki kekuasaan dan dukungan logistik yang tak terbatas, bahkan rumor yang beredar juga dikatakan praktek kotor yang dilakukan itu bila lolos maka aka ada hadiah bagi siapa saja yang bisa membantu meloloskan keculasan tersebut.

Hal lain yang bisa dilihat adalah beredarnya video hasil rekapitulasi suara yang ada di website resmi penyelenggara pemilu dengan form C 1 yang ada di TPS, sehingga diduga terjadi manipulasi suara, penggelembungan suara, penghitungan suara yang tidak akurat, dan penyalahgunaan surat suara. Fakta lain adalah adanya intimidasi dan ancaman kepada pejabat tertentu dengan menggunakan instrumen hukum untuk melakukan mobilisasi suara ke lapangan dengan cara melakukan intimidasi dan ancaman dengan menakut-nakuti pemilih agar tidak memilih calon tertentu atau golput, beredar kabar para kepala desa yang bermasalah akibat penyalah gunaan dana desa didatangi aparat agar memobilisasi perolehan suara paslon tertentu dengan menghalalkan segala cara yang melanggar etika berdemokrasi.

Hilangnya rasa malu berakibat adanya pelanggaran berlapis lapis dalam proses penyelenggaraan pemilu yang seharusnya berlangsung jujur dan adil. Hal inilah yang menyebabkan rakyat tak percaya lagi pada proses demokrasi. tentu ini akan sangat merugikan masa depan demokrasi yang sudah dibangun bersusah payah dengan darah dan air mata rakyat, buruh, tani, seniman, akademisi dan mahasiswa. Sebagai pejuang demokrasi yang mencintai NKRI tentu semua akan terpanggil bagaimana menyelamatkan masa depan demokrasi ini dan masa depan Indonesia. Kita tahu bahwa dampak dari praktek kotor berdemokrasi ini akan menghasilkan pemimpin yang korup. Pemimpin yang akan menggunakan kekuasaannya untuk keuntungan pribadi, menghambat pembangunan dan memperparah kesenjangan sosial. Pemimpin yang akan seringkali menggunakan kekuasaannya untuk menindas rakyat dan membungkam kritik.................