“Tajuk Rasil”
Senin, 27 Jumadil Awwal 1445 H/ 11 Desember 2023
Opsi (Tersisa) bagi Bangsa Palestina
Oleh: Yasmi Adriansyah, Ketua Bidang Multilateral Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional, PP Muhammadiyah
Zionis Israel sampai detik ini terus menumpahkan darah di Gaza, Palestina. Ribuan nyawa sudah menjadi syuhada. Hampir separuhnya anak-anak tak berdosa. Potret-potret penuh kengerian menjadi tontonan keseharian. Darah, tumpukan jenazah, reruntuhan bangunan, dan wajah-wajah penuh tangis seolah tak berkesudahan. Tahun ajaran pendidikan anak-anak sudah terhenti. Gaza terancam hilang satu generasi. Sampai kapan derita bangsa Palestina akan berakhir? Jawabannya sangatlah tidak pasti. Kepastian bagi mereka sepertinya hanya pada akhir kehidupan dunia. Kematian.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sudah menyatakan bahwa operasi perang tentara Israel di Gaza akan berlangsung lama. “Tidak ada gencatan senjata. Karena jika itu terjadi, berarti kami menyerah,” tegas PM yang juga mantan kapten di Sayeret Matkal, pasukan khusus Zionis Israel. Ironisnya, organisasi internasional seperti PBB seolah tak berdaya. Resolusi Dewan Keamanan, sekalipun hanya meminta jeda kemanusiaan, seketika ‘mati’ usai diveto Amerika Serikat, sekutu utama Zionis Israel. Majelis Umum PBB sempat memberikan harapan dengan resolusi yang menekankan pada perlindungan rakyat sipil dan gencatan senjata, sudah disepakati mayoritas negara anggota. Namun kecil kemungkinan Zionis Israel akan mematuhinya.
Zionis Israel memang jarang patuh, apalagi peduli, dengan hukum internasional. Dalam prinsip mereka, silahkan dunia nyatakan keinginan, tapi Israel tetap lakukan yang harus mereka lakukan. Apakah masih ada secercah optimisme bagi bangsa Palestina? Apakah opsi yang tersisa hanyalah penderitaan, kematian, atau bahkan kepunahan akibat genosida? Bangsa Palestina yang mayoritas Muslim tidak akan menyerah pada keadaan. Setidaknya masih ada, walau hanya sedikit, opsi yang tersisa. Opsi tersebut adalah, pertama, kesabaran. Kedua, opsi perlawanan. Semuanya, secara spiritual, memiliki dimensi pahala di mata Allah azza wa jalla.
Untuk opsi kesabaran, masih ada upaya masyarakat antarbangsa, baik melalui lembaga internasional maupun masyarakat sipil dunia memberikan bantuan kemanusiaan. Sekalipun proses penyaluran tidak mudah karena pintu masuk ke Gaza melalui perbatasan Rafah tidak sepenuhnya dibuka. Namun belakangan, berbagai jenis bantuan khususnya dalam bentuk makanan, air, dan obat-obatan perlahan mulai mengalir. Bantuan kemanusiaan ini seyogianya akan terus menjadi dukungan, baik terhadap kekuatan fisik maupun moril bagi bangsa Palestina. Setidaknya, di antara desingan peluru dan bahkan bom fosfor, mereka masih mendapatkan perhatian.
Bagaimana dengan opsi perlawanan? Jika opsi kesabaran bersifat pasif, opsi perlawanan bersifat aktif. Artinya, jika bangsa Palestina ingin merdeka, hanya ini opsi yang tersisa. Sejarah menunjukkan, kemerdekaan suatu bangsa umumnya diraih dengan perlawanan senjata. Negosiasi perdamaian lebih sebagai penyerta. Secara politik, lembaga internasional seperti PBB sudah tidak dapat berbuat banyak dalam mewujudkan Palestina merdeka. Meminjam bahasa Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, PBB seperti “impoten”. Dalam banyak kasus, hak veto Amerika Serikat di Dewan Keamanan adalah penyebab utamanya. ...................