Perusakan lingkungan yang dilakukan secara sengaja di Indonesia oleh para pengusaha dan didukung legalitas palsu pemerintah sudah berada pada titik nadir. Suara para aktivis dan masyarakat yang masih memiliki akal sehat hanya sebagai angin lalu. Keras tapi tak digubris. Nyaring tapi tak pernah dianggap berbunyi sedikitpun.
Bahkan, mereka yang seharusnya masih memiliki rasa kemanusiaan itu, tersentuh hatinya untuk tidak meneruskan kerusakan demi kerusakan terjadi, justru melakukan perlawanan dengan cara apapun sampai hasrat duniawinya tercapai dan mendapat keuntungan sebanyak-banyaknya. Tanpa mau berpikir apa dampak buruknya pada Bumi Katulistiwa dan penghuninya.
Kasus yang sedang ramai misalnya, tentang Proyek Strategis Nasional (PSN) Pantai Indah Kapuk (PIK 2). Berbagai pihak sudah menyuarakan agar proyek ini tak dilanjutkan karena pasti mengorbankan kepentingan masyarakat dan ekosistem setempat. Apa bila tidak, pengusaha nakal pasti untung, sedangkan rakyat juga pasti buntung dan tersungkur.
Sejatinya, proyek era pemerintahan Presiden Jokowi ini sudah secara telanjang terlihat ketidakadilannya. Tetapi watak tirani itu tak bisa dibendung. Jokowi terus memberikan pelayanan ekstra kepada pengusaha meski air mata masyarakat bercucuran deras di depan muka polosnya. Kerusakan demi kerusakan yang dilakukan era pemerintah Jokowi memang sudah rahasia umum. PSN demi PSN diberikan kepada pengusaha sembari memukul mundur masyarakat yang berada di wilayah tersebut. Legalitas palsu terus dibuat oleh Jokowi dari istana, sehingga nampak proyek itu sesuai dengan aturan dan tidak menerabas undang-undang.
Harusnya, di tangan pemerintahan Prabowo Subianto, ini tak boleh dibiarkan. Kepala Negara yang baru ini tak boleh diam. Presiden Prabowo harus membuktikan, bahwa dirinya memang adalah Macan yang tak bisa dikendalikan oleh Kambing Hitam. Inilah saatnya bagi Prabowo Subianto bahwa dirinya benar tak memiliki utang apapun pada Jokowi. Ini pun saatnya bagi Prabowo Subianto bahwa dirinya ingin ditulis dalam ingatan panjang masyarakat Indonesia sebagai nakhoda yang mampu dan berani melakukan perubahan untuk rakyatnya.
Alquran telah memberikan semacam warning kepada manusia agar tidak melakukan kerusakan lingkungan seperti yang terpotret pada era pemerintahan Jokowi tersebut. Dalam kitab suci umat Islam, mereka yang melakukan tindakan culas itu disebut dalam Surat Al-Isra’ sebagai golongan durhaka. Yakni, golongan yang hidup mewah, gemar membuat onar dan kerusakan di suatu negara.
Dalam banyak ayat, Alquran memang memiliki pandangan amat sangat serius terhadap siapapun yang merusak lingkungan. Beberapa ayat misalnya, Surat Al-Baqarah ayat 11-12, “Apakah mereka tidak mengetahui bahwa Allah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, memiliki kuasa untuk menghancurkan mereka?. Lalu, Surat Al-A’raf ayat 56, “Janganlah kamu membuat kerusakan di bumi setelah (Allah) memperbaikinya.” Dan Surat Al-Rahman ayat, 13 “Allah menciptakan alam semesta dengan kebijaksanaan-Nya, janganlah merusaknya.”