Listen

Description

“Tajuk Rasil”

Jumat, 24 Syawal 1445 H/ 3 Mei 2024

Problem Pendidikan Islam

Artikel Hidayatullah.com

Pada era globalisasi, umat Islam dihadapkan dengan krisis pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, politik, teknologi, dan lainnya. Proses identifikasi akar persoalan penyebab umat Islam mengalami krisis dan kemunduran telah dibahas oleh para pemikir Muslim dan kaum cendikiawan. Menurut Abdul Hamid Sulayman, akar penyebab krisis yang dialami oleh umat ini sejatinya tidak berakar pada persoalan ekonomi, politik atau teknologi melainkan akar permasalahannya terjangkitnya umat Islam dewasa ini dengan krisis intelektualisme atau pemikiran.

Sebenarnya, permasalahan krisis intelektualisme atau pemikiran ini bersumber dari pola pendidikan, karena sejatinya pemikiran adalah hasil dari sebuah pendidikan. Krisis pemikiran merupakan akibat dari problem pendidikan. Syakib Arsalan menulis buku berjudul “Mengapa Kaum Muslimin Mundur dan Kaum non-Muslim Maju?” terbit pertama kali pada 1349 H. Dalam bukunya, beliau menjelaskan kemajuan umat Islam pada masa awal penyebarannya terjadi karena perubahan sikap bangsa Arab dan kabilah-kabilahnya setelah menerima cahaya Islam yaitu seruan Rasulullah ﷺ. Mereka dengan sungguh-sungguh mengikuti dan menaatinya.

Syakib Arsalan juga mengatakan diantara sebab-sebab lain mundurnya umat Islam adalah karena kebodohan umat, akhlak yang buruk yang meliputi sifat penakut, pengecut, cinta dunia (hubbu dunya) dan takut mati (karahiyatul maut), juga banyaknya ulama su’ (buruk). Selain itu sebab pokok lainnya adalah kebejatan moral dan kerusakan budi para pemimpin. Kebodohan ini menjadi sebab utama penyebab kemunduran umat Islam. Oleh karena itu, pendidikan adalah solusinya.

Penjajahan besar-besaran di pertengahan abad ke-19 terjadi ke dalam dunia Islam. Hampir tidak ada satupun negara Muslim yang lepas dari cengkraman penjajah ini. Penjajahan tidak hanya merampas kekayaan alam bangsa-bangsa Muslim. Penjajahan juga meliputi berbagai dimensi dan nilai, dari sisi pendidikan, politik, budaya, ekonomi, masyarakat, bahkan agamapun menjadi sasaran penjajahan. Penjajahan bertujuan mengubah sistem yang ada, dari sistem syariah Islam menjadi sistem sekuler Barat. Dampaknya, penjajahan ini pun masuk dalam ranah pendidikan yang berujung pada pendidikan sekuler, padahal pendidikan adalah benteng terakhir.

Tantangan yang dihadapi oleh dunia pendidikan saat ini begitu kompleks. Mulai dari sisi ledakan informasi yang serba mudah dan cepat, teknologi canggih, industrialisasi, globalisasi dan liberalisasi, dan etika moral, hingga tuntutan masyarakat terhadap dunia pendidikan semakin tinggi. Ini berimbas kepada penyelenggara dunia pendidikan saat ini, yang mana mereka dituntut agar dapat mengeluarkan output (anak didik) seperti keinginan masyarakat, yang mampu bersaing (survive) dalam berbagai kondisi.

Terkadang untuk meraih hal tersebut, penipuan pun dilakukan. Beberapa kasus menunjukkan banyak sekolah yang untuk mengejar target lulus 100% mengatrol nilai hasil raport anak didik mereka. Pengelola pendidikan membantu jawaban kepada anak didik ketika proses ujian berlangsung. Kejujuran dan tanggung jawab sudah tidak diindahkan lagi. Padahal, pemerintah menggalakkan program pendidikan karakter.