“Tajuk Rasil”
Senin, 16 Sya’ban 1445 H/ 26 Februari 2024
Ramai-Ramai Tolak Hasil Pilpres
Oleh: Tony Rosyid, Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa
Protes muncul dimana-mana. Jauh sebelum hari pencoblosan. Para Guru Besar di lebih dari 50 universitas protes. Mereka mengingatkan kepada penguasa agar menghentikan segala bentuk intervensinya di pemilu 2024.
Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi juga demo. Isunya sama. Meminta penguasa, dalam hal ini presiden, untuk tidak ikut cawe-cawe di pemilu 2024. Terutama dalam pilpres. Apakah penguasa mengehentikan cawe-cawenya? Apakah suara para Guru Besar dan mahasiswa didengar? Apakah protes para tokoh diperhatikan? Anda pasti sudah tahu jawabannya.
Jika anda punya anak ikut jadi calon di pilpres, apakah anda akan diam dan membiarkan anak anda bertarung sendirian? Jika itu anda lakukan, maka anda akan dianggap oleh keluarga sebagai "Bapak Raja Tega". Anda tentu tidak ingin cacat di mata keluarga anda, terutama di mata anak anda.
Film dokumenter "Dirty Vote" telah menggambarkan bagaimana intervensi pilpres itu berproses. Bagaimana peran kekuasaan secara terstruktur, sistemik dan masif mendesain kemenangan satu putaran. Ada yang membantah film itu? Tidak ! Tiga dosen dan ahli hukum tatanegara yang menjadi pemeran utama film "Dirty Vote" itu malah dituduh partisan. Difitnah diback up oleh -dan mendukung kepada paslon tertentu. Ini tentu saja tudahan ngawur dan konyol.
Apa yang diceritakan oleh Andy Widjadjanto, wanita emas, dan ungkapan sejumlah timses paslon tertentu memiliki benang merahnya dengan film "Dirty Vote". Karena kekuatan film ini ada di data. Film ini dibuat by riset. Datanya cukup lengkap karena diperoleh dari hasil wawancara dan fakta-fakta lapangan dari berbagai daerah di Indonesia. Boleh jadi, inilah film dokumenter terbaik abad 21. Siapa yang nau membantah? Semua yang terlibat di film ini membuka diri untuk beradu fakta dan argumentasi. Mereka juga siap untuk menjadi saksi di pengadilan jika diperlukan..............