Masih banyak yang bertanya-tanya, di Pilkada Jakarta 2024 kenapa Anies Baswedan menjatuhkan dukungannya pada Paslon 03 Pramono Anung-Rano Karno. Atau kenapa Anies Baswedan netral saja atau bahkan Gercos (gerakan coblos semua)? Semenjak Anies gagal mencalonkan di Jakarta (tepatnya digagalkan), suara pendukungnya (diistilahkan dengan sebutan Anak Abah) menjadi bahan rebutan. Anies dikontak oleh semua Paslon untuk bergabung dan mendukung. Bukan hanya Anies, bahkan para pimpinan simpul relawan Anak Abah juga dilobi oleh masing-masing Paslon.
Alkisah, para pimpinan Anak Abah awalnya terbelah mendukung berbagai Paslon, ada yang mendukung Paslon 01, 02, dan 03. Sebab awalnya Anies tak bergeming, tak sedia untuk memberikan dukungan pada paslon manapun. Pernyataan Anies Baswedan melalui beberapa Jubirnya sangat clear: bahwa ia belum akan menjatuhkan pada salah satu paslon, namun masih akan lihat-lihat dulu. Pernyataan tersebut sebenarnya mengandung pesan kuat bahwa Anies memang sedang mengamati, untuk nanti di kemudian hari akan menentukan dukungan. Anies masih ingin melihat arah kampanye masing-masing Paslon, mana paslon yang berkomitmen melanjutkan program-program yang dia canangkan sewaktu menjadi Gubernur Jakarta, dan mana-mana paslon yang antipati terhadap visi dan program-program pro-rakyatnya.
Tak sedikit yang protes begitu Anies Baswedan, pada 20 November secara terang-terangan mendukung Paslon 03. Kelompok Anak Abah yang protes atas keputusan ini mayoritas adalah kelompok Anak Abah yang sudah terlebih dahulu menjatuhkan pilihan kepada paslon 01. Tentu Sebagian besar adalah konstituen PKS. Mereka tentu berharap Anies bisa mendukung Paslon 01 yang di dalamnya juga ada calon wakil gubernur dari PKS, partai yang selama ini dianggap sebagai ‘basis tradisionalnya’ Anies. Tapi bukankah Paslon 01 adalah paslon yang paling jauh dari Anies? Bagaimana mungkin Anies harus mendukung Paslon yang sudah secara terang-terangan meninggalkannya, dan bahkan menghalanginya mencalonkan diri sebagai gubernur Jakarta? Melalui berbagai skenario yang diatur oleh penguasa.
Singkat cerita, skenario itu berjalan, Anies gagal mencalonkan diri dan RK diusung melalui koalisi gemuk ke Jakarta. Jika RK atau paslon 01 adalah salah satu aktor utama yang menghalangi Anies mencalonkan di Jakarta, apatah kemudian Anies harus mendukungnya RK di Jakarta? Plus, di kemudian hari, setelah RK sungkem ke pangkuan Jokowi di Solo, Jokowi memberikan endorsement dan bahkan turun gunung mendukung Paslon 01. Adalah tak masuk di akal jika Anies harus mendukung Paslon yang dibekingi oleh Mulyono, bukan? Bukankah selama ini ia yang jadi sumber masalah rusaknya demokrasi di negeri ini? Jadi, akan jauh panggang dari api mengharapkan Anies mendukung Paslon 01.