Panutan umat manusia, nabi Muhammad ﷺ, suatu hari pernah menyatakan bahwa sebaik-baik generasi adalah generasi beliau. Dalam sabdanya yang diriwiyatkan oleh Bukhari-Muslim, “Sebaik-baik umat adalah mereka yang sezaman dengan zamanku, kemudian generasi yang sezaman setelah aku, kemudian generasi yang sezaman setelah mereka. Kemudian berikutnya akan datang suatu kaum yang menggemukkan diri, yakni dengan lemak, mereka memberikan kesaksian padahal tidak diminta kesaksiannya”.
Dalam riwayat tersebut terdapat pernyataan yang tidak semata merupakan kalimat apriori yang melesat dari ruang hampa, akan tetapi sepenuhnya berdasarkan realitas yang bisa diteliti oleh sejarawan manapun di dunia. Keberhasilan Rasulullah ﷺ mencetak generasi unggulan mutlak berhubungan dengan posisi beliau yang disetting oleh Allah SWT sebagai murabbin zhahiran wa bathinan (pendidik lahir dan batin) yang prestasinya tidak mungkin tersaingi atau disamakan oleh keberhasilan pendidik manapun di dunia dari awal mula penciptaan hingga akhir zaman.
Ulama adalah pewaris para nabi (al-’ulama warasatul anbiya), Ulama adalah pelita bagi bumi. Atas prinsip dasar ingin menciptakan generasi terbaik penerus ajaran Islam seperti yang dicontohkan oleh nabi Muhammad ﷺ, para ulama dan kiyai terdahulu bangsa ini mendirikan pesantren di setiap penjuru nusantara yang tersentuh dakwah Islam. Pondok pesantren dengan para santrinya mendalami ilmu agama untuk membangun peradaban yang lebih maju.
Di Indonesia keberadaan lembaga pendidikan pondok pesantren yang berbasis Islam memiliki peranan yang sangat penting. Pondok pesantren dimaknai sebagai tempat seseorang untuk mencari ilmu keagamaan yang benar melalui bimbingan-bimbingan para guru yang dianggap memiliki pengetahuan luas terhadap agama oleh masyarakat sekitar.