Adapun hari ini, umat Islam menderita banyak penyakit, dan salah satu yang paling serius adalah kurangnya negarawan. Dalam ketiadaan negarawan di kalangan umat saat ini, muncul para penguasa dan orang-orang yang berpengaruh, namun mereka semua tidak memiliki sifat-sifat seorang negarawan sejati. Mereka tidak memiliki kemampuan untuk berpikir, merencanakan, dan menyelesaikan kepentingan umat, sehingga mereka menyerahkan semua itu kepada negara-negara besar untuk menangani urusan-urusan tersebut, dan membiarkan mereka mengatur sumber daya alam negara mereka, sehingga para penguasa ini menjadi seperti pegawai dan pekerja bagi mereka.
Dalam keadaan seperti ini, negara-negara besar mulai menyebarkan ide-ide sekuler-kapitalisme, sosialisme, nasionalisme, kesukuan, maupun ide-ide turunan sekulerisme lainnya. Mereka menjadikan asas kepentingan manfaat dalam mengatur hubungan manusia, sehingga segalanya menjadi kacau, dan kalian mengenal ajaran itu sekaligus harus mengingkarinya.
Walhasil, kejernihan berpikir menjadi lenyap, sehingga muncul tradisi meniru-niru (tasyabuh) yang menjadi ciri khas orang-orang yang lemah dan terperdaya, maka benarlah sabda Rasulullah ﷺ yang artinya; “Kalian benar-benar akan mengikuti jejak orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga seandainya salah seorang dari mereka masuk ke lubang biawak sekalipun, niscaya kalian akan mengikutinya”. Sahabat bertanya: “Apakah itu (yang ditiru) orang-orang Yahudi dan Nashrani?” Jawab Rasul: “Lantas Siapa lagi (kalau bukan mereka).” (HR. Muslim)